Liputan6.com, Jakarta - Jalannya cepat dan lincah. Dengan sedikit tergesa, sore itu Kepala Bappeda DKI Tuty Kusumawati memasuki ruangan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Saat itu pada 2015, Tuty hendak melaporkan sesuatu pada atasannya tersebut.
"Saat itu aku dapat uang gratifikasi. Cepat aku laporkan ke Pak Gub," ujar Tuty menceritakan kisahnya saat mendapat gratifikasi.
Oleh Ahok, dia diminta menyerahkan gratifikasi itu kepada KPK. "Kita harus teliti, bisa saja apa yang kita anggap bukan gratifikasi ternyata menurut KPK gratifikasi," ucap Tuty.
Bersih, itulah prinsip hidup Tuty. Prinsip itu diterapkannya tidak hanya di lingkungan kerja namun juga di keluarga.
"Bersih itu jujur. Bagi saya persoalan duniawi dan materi berada di nomor kesekian. Yang pertama adalah persoalan akhirat," ujar alumnus Magister IPB itu saat ditemui Liputan6.com di ruang kerjanya, Jakarta, Rabu 20 April 2016.
Baca Juga
Advertisement
Sejak menjabat sebagai Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Januari 2015, Tuty menjadi salah satu pejabat kepercayaan Ahok. Badai yang menerjang Ahok turut serta menerpa Tuty.
Badai besar pertama adalah kisruh pembahasan APBD 2015. Pemprov DKI dan DPRD DKI berbeda pendapat dan bersikukuh APBD versi masing-masing adalah yang paling benar.
Tuty pun menjadi penjaga gawang, benteng pertahanan terakhir DKI agar APBD itu tidak disusupi 'anggaran siluman'. Tuty ingat harus menyisir ribuan anggaran pagi hingga malam agar tak ada anggaran siluman yang masih terselip di APBD itu.
"Bagaimana kita tetap lanjutkan penerapan e-budgeting agar semua anggaran transparan. Kami bisa berani melawan karena didukung Gubernur yang berani juga," kata Tuty.
Sedangkan badai besar kedua, baru saja menerpa Tuty. Raperda Reklamasi yang disusunnya bersama tim dari Pemprov DKI kini menyeret mantan Ketua Komisi D DKI Jakarta M Sanusi sebagai tersangka kasus suap.
Menghadapi dua terjangan itu, Tuty terlihat tangguh. Dengan yakin ia bersaksi di KPK untuk memberikan keterangan dari pihak Pemprov DKI. Namun, di balik sosok tangguhnya, siapa sangka sosok Tuty mengaku tidak sekuat apa yang diperlihatkannya kepada umum.
"Saya akui apa yang saya alami dahsyat ya. Tapi saya hanya mencurahkannya kepada yang menciptakan saya, bukan kepada manusia. Saat saya salat saya curahkan semua," ucap Tuty.
Quality Time dan Gitar Klasik
Bagi istri Kompol Ali Murni Tanjung itu, keberhasilannya memimpin badan yang mengkoordinasi 750 SKPD seluruh DKI itu tak lepas dari perannya sebagai istri dan ibu.
Bagi Tuty, saat seorang perempuan dapat menjalankan tugas di keluarga dengan baik, tugas di kantor akan mengikuti dan memberikan hasil baik pula.
"Saat kita menunaikan tugas kita, sebesar apapun tugas di rumah kita dengan ikhlas itu akan memperkuat kinerja kita di luar," ujar perempuan kelahiran 29 April 1963 tersebut.
Bagi Tuty, meski waktunya lebih banyak dicurahkan untuk pekerjaan, dia tak pernah melalaikan tugasnya sebagai ibu dari dua anak perempuan. Dia selalu sisihkan waktu untuk keluarga, terutama di hari libur.
"Kita biasa bermain musik bersama atau makan di luar. Quality time selalu ada," tutur Tuty.
Siapa sangka, sosoknya yang terlihat tegas ternyata gapai bermain gitar klasik. Kesukaannya akan seni ditularkan kepada kedua putrinya.
"Seni itu juga penting, kita bisa refreshing dan menikmati hidup," ucap Tuty.
Apa yang menjadi dasar Tuty mendidik kedua putrinya? Tuty menjawab yang penting adalah ibadah. Sebab, lanjut dia, modal agama yang baik akan melahirkan anak jujur dan disiplin. "Selain itu sedari kecil, anak-anak kuberikan banyak bacaan. Sampai sekarang mereka hobi membaca," ujar Tuty.
Keberhasilannya baik di pekerjaan maupun keluarga ternyata diperhatikan beberapa pihak. Bahkan sebuah komunitas perempuan menganugerahkan Tuty sebagai tokoh Kartini masa kini.
"Tapi saya tolak penghargaannya, saya bilang terima kasih banyak namun mohon maaf saya rasa banyak yang lebih berprestasi dari saya," tutur Tuty.
Ya, bagi Tuty, penghargaan tidak menjadi target. Sebab, menjadi Kartini masa kini adalah menjadi perempuan yang kompeten baik di tempat kerja maupun di rumah.
"Kartini masa kini adalah perempuan yang memiliki kompetensi dan keahlian. Karena dalam pekerjaan sudah tidak dilihat apakah laki-laki apakah perempuan, melainkan apakah dia kompeten atau tidak," ucap Tuty mantap.
Advertisement