Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta menuduh Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi pro terhadap Yusril Ihza Mahendra. Pernyataan itu terkait dengan lambatnya penertiban permukiman kumuh di bantaran kali Jakarta Utara.
Menanggapi tudingan tersebut, Rustam angkat bicara. Dia mencurahkan jawaban dari tudingan tersebut di akun Facebook-nya. Tulisan panjang tersebut di-posting Rustam Sabtu (23/4/2016). Tulisan tersebut berjudul 'Bekerja Dengan Hati'.
"Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dengan Pak Yusril adalah tidak benar. Secara jujur saya katakan bahwa kadang selaku bawahan saya juga mengharapkan mendapatkan ucapan terima kasih dari pimpinan atas hasil kerja yang telah dikakukan," ujar rustam dikutip Liputan6.com, Sabtu (23/4/2016) sore.
Rustam mengatakan, bahwa apa yang selama ini ia kerjakan adalah bentuk pengabdian dan tanggung jawab dari jabatan yang dipercayakan kepadanya. Ia pun menyadari, apa yang ia lakukan sejak dilantik Ahok pada 2 Januari 2015 belum banyak membawa kebaikan.
Rustam juga menuliskan koreksi bahkan kemarahan dari pimpinan adalah suatu kewajaran bagi perbaikan ke depan. Ia menganggap itu sebagai cambuk untuk perbaikan dan tidak pernah sakit hati atas kemarahan pimpinan.
Khusus untuk kebijakan penertiban (penggusuran), ia tegaskan dirinya tidak pernah ragu apalagi takut melaksanakan tugas itu. Hal itu seperti ia lakukan sebelumnya di kawasan Tubagus Angke, Kali Karang, Kali Cakung Lama, Anak Kali Ciliwung Ancol, Lokalisasi Kalijodo, Pasar Ikan dan tempat lainnya.
Tuduhan Tak Beralasan
Namun, dalam penertiban yang menyangkut orang banyak, ia bertindak ekstra hati-hati, dengan perhitungan matang dan harus terkoordinasi dengan unit terkait dan melalui pengkondisian secara baik.
"Satu hal yang menjadi kunci dalam penertiban/pembongkaran pemukiman adalah ketersediaan dan kelayakan Rumah Susun sebagai tempat relokasi penghuni/penduduk yang akan ditertibkan. Ini suatu keharusan yang tidak boleh ditawar," tulis dia.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Rustam, walau berlatar belakang pendidikan di bidang ilmu politik dan juga berkawan dengan orang politik, dengan kesadaran penuh sebagai pegawai negeri ia tidak mau mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan politik golongan tertentu.
"Jadi jika ada yang menilai bahwa saya bersekutu dengan tokoh politik ataupun bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur dalam Pilkada DKI Tahun 2017 saya nyatakan tidak benar dan tidak beralasan sama sekali. Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dengan Pak Yusril adalah tidak benar," ujar Rustam.
Rustam mengatakan, ia sebagai bawahan terkadang ingin mendapat pujian dari atasannya. Namun, jika pujian pun tidak didapatkannya, ia berkomitmen akan tetap bekerja keras.
Paragraf terakhir Rustam menuliskan, "Berbeda dengan tuduhan yang menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Dan lebih menyedihkan tuduhan dan fitnah itu keluar dari pimpinan yang sebenarnya saya berharap memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, memotivasi, memberi semangat, dan itu dipertontonkan di muka jagat raya. Apakah ini yang disebut bekerja dengan hati? Wallahu Khairul Makiriin," tutup Rustam.