Liputan6.com, Denpasar - Bagi Anda yang senang dengan perawatan tubuh, sepertinya patut mencoba lulur rempah saat melancong ke Denpasar, Bali. Anda tak perlu khawatir, sama sekali tak ada bahan kimia untuk produk lulur.
Produsen lulur rempah, Ayu Agustini, menceritakan semua produknya menggunakan rempah-rempah yang mayoritas digunakan untuk bumbu dapur. Di antaranya adalah kunyit, beras, kelapa, minyak dan rempah lainya.
Pertama, ia menjelaskan, kelapa diparut lalu direndam selama satu malam. Setelah itu, kelapa yang telah direndam itu ditumbuk hingga halus.
"Jadinya akan halus, tidak terlalu kasar," ucap Ayu kepada Liputan6.com di Denpasar, Bali, Senin (25/4/2016).
Selain kelapa, lakukan hal yang sama dengan beras. Yakni, direndam semalaman lalu ditumbuk hingga halus.
Baca Juga
Advertisement
Selanjutnya, kunyit dan temu giring disiapkan. Bakar sekitar dua menit saja. Kunyit dan temu giring yang sudah dibakar lalu ditumbuk hingga halus. Untuk mendapatkan kelembutan bahan, ada baiknya diparut.
"Setelah semuanya halus, bahan-bahan tadi dicampur jadi satu, diberi minyak, lalu siap untuk diluluri ke tubuh," tutur Ayu.
Manfaat rempah tersebut, sama persis seperti orang menikah di Jawa Tengah. "Biasanya di Jawa itu ada istilah Midodareni. Jadi, pengantin wanita itu dimandikan dan dilulur terlebih dahulu sebelum dipertemukan dengan calon suaminya," kata dia.
Menurut Ayu, lulur rempah yang diraciknya berfungsi melembutkan kulit. "Biar kulit cerah. Biar pangling katanya pengantin prianya."
Proses lulur hanya membutuhkan waktu 30 menit saja. Setelah semua tubuh dibasuhi rempah racikan Ayu, bersihkan dengan air hangat. Tubuh Anda akan merasakan sensasi beda. "Lebih bagus di malam hari lulurnya," ujar dia.
Ayu sendiri mulai memproduksi lulur dari bahan rempah pada 2000. Ia tak menampik, sebagai perempuan kecantikan merupakan hal utama. Untuk itu, Ayu mengaku rutin pergi ke salon kecantikan untuk merawat tubuhnya. Hanya saja, Ayu mengaku khawatir dengan bahan-bahan di salon kecantikan yang rata-rata menggunakan bahan kimia.
Alhasil, ia berpikir dan berinovasi dengan rempah-rempah untuk meluluri dirinya.
"Jadi, saya berinovasi seperti lulur yang dilakukan masyarakat di Pulau Jawa," ucap dia.
Ayu mengaku belum memiliki gerai salon sendiri. Sejauh ini, ia menjalin kerja sama dengan hotel-hotel. Menurut dia, pada tahun 2001, produk racikannya sempat diekspor ke luar negeri.
Hanya saja, lantaran ke luar peraturan rumit mengenai ekspor produk Indonesia ke luar negeri, ia pun menghentikan ekspornya. Tercatat Jepang, Tiongkok dan Korea adalah pasar terbesar distribusi produknya.
Kini, ia hanya memfokuskan diri pada pasar dalam negeri. Kendati begitu, turis asing pun tetap memburu produknya. Jika merasakan produk lulurnya, rata-rata dari mereka mengaku puas dan kembali lagi ketika berlibur ke Bali.
"Kebanyakan tetap turis dari Jepang, Tiongkok dan Korea. Mereka puas dan kembali lagi berlibur ke Bali dan merasakan lulur saya," tutur Ayu.