Liputan6.com, New York - Tahun ini, tanggal 26 April, dunia memperingati 30 tahun tragedi nuklir dengan akibat paling dahsyat dalam sejarah Abad ke-20. Yaitu bencana nuklir Chernobyl.
Stasiun pembangkit listrik Chernobyl dibangun pada zaman Uni Sovet dekat sebuah kota di Ukraina bernama Pripyat, yang berjarak 16 kilometer dari perbatasan Belarus dan sekitar 110 kilometer dari ibukota Ukraina, Kiev.
Baca Juga
Advertisement
Pada malam 26 April 1986, itu terjadi sebuah ledakan di blok pembangkit listrik nomor 4 yang menghancurkan seluruh reaktor di stasiun.
Akibat ledakan tersebut, sekitar 190 ton bahan-bahan radiasi keluar dari reaktor. Dampak jumlah bahan radiasi yang dikeluarkan setara dengan dampak ledakan 500 bom nuklir yang dijatuhkan AS ke Hiroshima, Jepang pada waktu Perang Dunia II.
Lebih dari 145 ribu kilometer persegi wilayah di Ukraina, Belarus dan Rusia dicemari dengan radionuklida.
Sebanyak 17 negara Eropa dengan luas wilayah 207,5 ribu kilometer persegi terkena bencana nuklir Chernobyl. Peningkatan latar radiasi juga dirasakan di berbagai wilayah di Asia, Afrika dan Amerika.
Sudah 30 tahun berlalu, namun Ukraina, Rusia dan Belarus masih melakukan upaya besar untuk menangani konsekuensi pencemaran radiasi pada wilayah yang cukup luas di negara masing-masing. Ratusan ribu orang harus dirawat akibat penyakit yang disebabkan oleh radiasi.
Belarus adalah negara yang paling banyak terkena dampak bencana nuklir Chernobyl, karena sekitar seperempat dari seluruh wilayahnya tercemar radiasi.
Kerugian total dari kecelakaan nuklir di Republik Belarus selama 30 tahun ini mencapai US$ 235 miliar. Sedangkan pendanaan dari luar negeri hanya US$ 83 juta dolar.
Berarti Belarus harus menangani semua masalah bencana nuklir yang jumlahnya sangat banyak sendirian. Selain dampak negatif di bidang sosial dan ekonomi, peristiwa 26 April 1986 juga mengubah nasib jutaan orang yang waktu itu tinggal di daerah dekat Chernobyl.
Kehidupan mereka telah dibagi dalam dua tahap -- sebelum dan sesudah bencana Chernobyl.
Pasca Bencana Nuklir Chernobyl
Bagaimana sekarang gaya kehidupan orang yang terkena bencana nuklir tersebut?
Bagaimana pandangan generasi muda Belarus tentang bencana Chernobyl? Bagaimana bencana Chernobyl harus dikaitkan dalam konteks kebutuhan kemanusiaan terhadap bahan energi, pelestarian lingkungan hidup, dan perubahan iklim dunia? Bagaimana kita dapat melestarikan kekayaan alam dan warisan budaya wilayah Chernobyl untuk generasi selanjutnya?
Jawaban semua pertanyaan tersebut memainkan peran penting bagi kehidupan bangsa Belarus.
Sudah 30 tahun berlalu, jangka waktu yang cukup panjang dalam sejarah negara.
Kini Belarus sudah bangkit. Terdapat sejumlah pusat penelitian di bidang radiologi, sistem medis radiologi, perusahaan yang memproduksi peralatan radiometrik, sistem dukungan medis dan sosial masyarakat, sistem kontrol radiasi dan sistem pengolahan pertanian dan hutan di wilayah yang tercemar radiasi.
Saat ini Belarus sedang dalam masa transisi dari sebuah negara yang terdampak radiasi paling banyak, menuju negara yang telah mengakumulasi pengalaman ilmiah dan manajemen praktis yang sangat berharga. Pengalaman penanggulangan dampak Chernobyl tersebut dapat digunakan untuk kemanusiaan.
Langkah-langkah yang diambil Belarus selama 30 tahun terakhir, menjamin mereka masuk ke dalam tahap perkembangan wilayah secara berkelanjutan.
"Kami sudah lama menyelesaikan proses penyelamatan orang yang terkena bencana ini, sekarang kami sudah memulai proses pembangunan wilayah yang terkena dampak Chernobyl," tutur Presiden Republik Belarus, Aleksandr Lukashenko, selama kunjungannya ke daerah Narovlya, wilayah Gomel melalui pernyataan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (26/4/2016).
Saat berkomunikasi dengan masyarakat daerah tersebut, Presiden Belarus memberikan pendapatnya bahwa uang yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah ini telah digunakan secara benar.
Selama 30 tahun terakhir pemerintah Belarus berhasil melaksanakan kerja nyata sangat besar yang bertujuan untuk merehabilitasi daerah yang terkontaminasi, memulihkan kehidupan sosial-ekonomi dan menjamin kehidupan yang aman bagi orang-orang yang terus tinggal di situ.
Sekarang sekitar 1,1 juta orang Belarus (dari 9,5 juta seluruh penduduk Belarus) terus tinggal di daerah yang terkontaminasi radiasi.
Setiap lima tahun, pemerintah Belarus meluncurkan dan mengadakan program baru untuk rehabilitasi daerah bencana Chernobyl. Di daerah yang ditinggalkan oleh penduduknya yang berjarak 30 kilometer dari stasiun pembangkit listrik Chernobyl, sebelum bencana terjadi dihuni oleh 22 ribu orang, sekarang berlaku Polesie State Radioecological Reserve.
Pada wilayah tersebut, diciptakan pusat penelitian eksperimental dan ilmiah yang mencakup komplek peternakan sapi, peternakan lebah madu dan sebuah kebun buah-buahan. Di situ, peneliti dari berbagai negara melakukan kajian dampak radiasi terhadap alam.
Sejumlah negara menyelenggarakan acara peringatan tahun ini, bersimpati kepada para korban meninggal serta untuk menanggulangi pencemaran radiasi demi keselamatan jutaan orang dan generasi berikutnya.
Republik Belarus secara berkelanjutan menyelenggarakan berbagai acara untuk menarik perhatian masyarakat internasional kepada masalah Chernobyl. Bertempat di kantor pusat PBB di New York, AS pada 26 April waktu setempat akan digelar sidang khusus Majelis Umum didedikasikan untuk memperingati peringatan bencana nuklir tersebut.
Seusai sidang tersebut, Ketua Majelis Umum ke-70 menyatakan "Peserta konferensi tingkat tinggi 30 tahun bencana Chernobyl: dari keadaan darurat menuju pembangunan yang berkelanjutan," diselenggarakan di Minsk pada tanggal 25 April 2016.
Pertemuan tersebut mengumpulkan hasil dari 10 tahun program PBB yang bertujuan untuk mengatasi masalah Chernobyl. Mereka juga akan membahas pendekatan baru kerjasama multilateral terkait isu tragedi tersebut.
Republik Belarus siap untuk bergabung dengan negara lain yang sukarela untuk berpartisipasi dalam proses penanggulangan dampak Chernobyl, berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati dan manfaat.
Bencana nuklir Chernobyl bukan saja masalah satu negara atau sekelompok negara, melainkan masalah yang bersifat global karena dampaknya akan dirasakan oleh banyak generasi. Dalam situasi ini hanya upaya bersama dari masyarakat dunia untuk menangani masalah Chernobyl yang akan memberikan hasil terbaik.
Advertisement