Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih mencatatkan laba bersih pada kuartal I 2016. Namun laba bersih perseroan turun tipis 1,36 persen menjadi Rp 1,57 triliun.
Penjualan bersih naik 6,1 persen menjadi Rp 9,98 triliun pada kuartal I 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,41 triliun. Harga pokok penjualan naik menjadi Rp 4,96 triliun. Laba bruto naik 4,52 persen menjadi Rp 5,02 triliun.
Beban pemasaran naik menjadi Rp 1,99 triliun pada kuartal I 2016 dari periode kuartal I 2015 sebesar Rp 1,83 triliun. Selain itu, biaya keuangan juga naik menjadi Rp 42,29 triliun. Dengan melihat kondisi itu, laba bersih per saham dasar turun menjadi Rp 206 pada kuartal 2016.
Sementara itu, total liabilitas tercatat turun menjadi Rp 10,25 triliun pada 31 Maret 2016 dari periode 31 Desember 2015 sebesar Rp 10,90 triliun. Ekuitas perseroan tercatat Rp 6,39 triliun pada 31 Maret 2016. Perseroan mengantongi kas sebesar Rp 677,75 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Analis PT Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo menilai laba bersih PT Unilever Indonesia Tbk turun tipis masih dipengaruhi sentimen negatif dari tahun lalu. Saat itu daya beli masyarakat turun lantaran BI Rate tinggi di kisaran 7,5 persen.
Selain itu, rupiah juga alami depresiasi hingga senth level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Lucky mengatakan, pelaku pasar masih toleransi penurunan laba bersih dari PT Unilever Indonesia Tbk.
Karena itu, Lucky memperkirakan kinerja PT Unilever Indonesia Tbk masih prospektif. Pertama, kualitas dan tingkat konsumsi masyarakat masih di atas rata-rata inflasi. Tercatat rata-rata inflasi sekitar empat persen pada 2016, dan lebih rendah ketimbang tahun lalu di kisaran enam persen.
"Harga kebutuhan pokok masih relatif tinggi tetapi sesuai pendapatan masyarakat," kata Lucky saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (26/4/2016).
Ia mengatakan, secara teknikal, harga saham PT Unilever Indonesia Tbk masih berada di zona positif. Harga tertinggi PT Unilever Indonesia Tbk sempat di kisaran Rp 46.000 dan terendah Rp 41.000.
"Rekomendasi hold untuk jangka panjang dengan target harga saham Rp 47.000 dalam satu tahun. Kalau jangka pendek sebaiknya hindari," ujar dia.
Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, saham PT Unilever Indonesia Tbk melemah 1,4 persen ke level harga Rp 44.150 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 2.035 kali dengan nilai transaksi Rp 49,6 miliar. (Ahm/Ndw)