Liputan6.com, Bengkulu - Sejak empat hari terakhir bencana banjir bandang kembali melanda sejumlah daerah di Provinsi Jambi. Tingginya air banjir bahkan membuat sejumlah warga tidak bisa pulang ke rumah.
Yansah, salah seorang warga di Kabupaten Sarolangun mengatakan, akibat hujan pada Senin kemarin menjadikan air sungai Batang Limun di daerahnya meluap.
"Airnya tinggi, jembatan terendam tinggal sekitar 10 sentimeter. Saya tidak bisa pulang ke rumah," ujar Yansah kepada Liputan6.com, Selasa 26 April 2016.
Menurut dia, banjir di daerahnya yakni di Kecamatan Limun lebih besar dibanding biasanya. Sejumlah desa terendam, seperti Desa Mersip dan Desa Lubuk Bedorong, banjir meluap hampir 1 meter lebih, katanya.
"Sebagian warga juga sudah ada yang mengungsi," kata Yansah.
Baca Juga
Advertisement
Camat Limun, Dahlan membenarkan jika daerahnya dilanda banjir bandang. "Banjir karena meluapnya sungai Limun, kami sudah laporkan ke BPBD," kata Dahlan.
Sebelumnya, pada Jumat (22/4/2016) pekan kemarin banjir bandang juga menghanyutkan sejumlah rumah di Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Arif Munandar mengatakan, akibat banjir tersebut 6 desa di Kecamatan Batang Asai terendam air tinggi. Sebagian bahkan mencapai atap rumah.
Dilaporkan ada 3 unit rumah hanyut, sementara 48 unit lainnya terendam banjir. "Sejumlah fasilitas umum juga rusak, tim reaksi cepat sudah diturunkan ke lokasi serta pendataan," kata Arif.
Sepanjang 2016 ini, Provinsi Jambi kerap dilanda bencana banjir bandang. Ironisnya kawasan yang terendam adalah daerah hulu yang merupakan kawasan serapan air. Diantaranya seperti di Kabupaten Kerinci, Merangin, Bungo dan Sarolangun.
Saat melakukan peninjauan belum lama ini, Gubernur Jambi, Zumi Zola menduga penyebab banjir akibat maraknya penambangan emas ilegal di sepanjang aliran sungai dan anak sungai Batanghari.
Potret Banjir Bengkulu
Ratusan rumah di tiga kelurahan dalam Kota Bengkulu terendam banjir sejak Selasa pagi akibat meluapnya sungai Air Bengkulu. Ketiga kelurahan di sepanjang jalur perlintasan Kota Bengkulu menuju kabupaten Bengkulu Tengah.
Daerah-daerah itu tepatnya di Kelurahan Sukamerindu, Tanjung Agung, dan Tanjung Jaya Kecamatan Sungai Serut itu tergenang hingga lutut orang dewasa.
Lukman Hamzah, warga RT 1 Kelurahan Tanjung Jaya mengatakan, luapan air sungai Bengkulu itu terjadi sejak selasa subuh akibat hujan yang terjadi di hulu sungai yang berasal dari Kabupaten Kepahiang dan Bengkulu Tengah. Kondisi Air pasang di pesisir pantai yang jaraknya hanya 2 kilometer dari titik banjir juga mengakibatkan luapan air tidak tersalurkan ke pantai.
Baca Juga
"Sudah dua hari hujan deras di hulu, air pantai juga sedang pasang naik, tentu saja terjadi genangan disini," ujar Lukman di Bengkulu (26/4/2016).
Banjir tidak hanya merendam pemukiman warga, tidak kurang dari 15 hektare sawah di tiga kelurahan itu juga ikut terendam. Akibatnya, padi yang sudah menguning terancam gagal panen.
"Recananya kami mau memotong padi di sawah hari ini, tetapi tidak bisa, semuanya tergenang, bisa bisa panen kami musim ini gagal," lanjut Lukman.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bengkulu Haris Sahid mengatakan, kondisi hujan yang terjadi sejak dua hari kebelakang memang tergolong tinggi. Hujan yang turun merata di 9 kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu kecuali di Kabupaten Kaur.
"Hujan akan terus terjadi dalam dua hari kedepan dengan intensitas sedang dan ringan," ungkap Haris.
BMKG juga mengeluarkan peringatan dini terkait tingginya gelombang laut Samudera Hindia arah barat daya. Gelombang mencapai 2,5 hingga 3 meter terus terjadi dan sangat membahayakan bagi pelayaran baik kapal nelayan maupun kapal barang.
"Untuk pelayaran menuju ke Pulau Enggano sangat tidak aman hingga besok pagi, jika kondisi cuaca tetap memburuk, peringatan dini kami lanjutkan hingga cuaca benar benar stabil," kata Haris Sahid.
Advertisement