Orangtua, 7 Kebiasaan Ini Justru Bikin Anak Susah Sukses

Setiap orangtua ingin anaknya berhasil di masa depan, bukan? Simak beberapa hal berikut ini.

oleh Annabella Siahaan diperbarui 27 Apr 2016, 07:00 WIB
Setiap orangtua ingin anaknya berhasil di masa depan, bukan? Simak beberapa hal berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Dr. Tim Elmore, seorang ahli kepemimpinan dan pengarah buku psikologi yang laris di pasaran, menemukan beberapa kesalahan umum yang dilakukan orangtua sangat mengasuh anak.

Kesalahan ini, jika dilakukan terus menerus, berpotensi mengurangi kepercayaan diri mereka sejak dini dan membatasi mereka dalam hal kesuksesan dan kehidupan pribadi. Dilansir dari situs Brightside pada Selasa (26/4/2016), orangtua harus berhati-hati dalam mengasuh anak agar tidak terlalu melindungi mereka hingga mereka tidak bisa menghadapi kenyataan hidup saat sudah dewasa. Untuk mencegah Anda membuat kesalahan yang sama, perhatikan 7 hal ini dalam mengasuh anak.

1. Orangtua membatasi anak-anak dari apapun yang memiliki resiko
Kita hidup di dunia yang penuh dengan bahaya. Peringatan akan bahaya membuat orangtua melakukan apapun untuk memproteksi anak-anak di segala situasi. Melindungi anak-anak memang tugas orangtua, namun jangan mengisolasi mereka dari perilaku yang memiliki resiko sehat karena justru akan merugikan di masa depan. Psikolog di Eropa menemukan bahwa anak-anak yang tak terbiasa bermain di luar dan tak pernah jatuh dan melukai lutut mereka akan cenderung memiliki fobia saat dewasa. Anak-anak perlu jatuh dan terluka untuk mengetahui bahwa hal tersebut normal dalam hidup, remaja perlu merasakan pengalaman patah hati untuk mencapai kedewasaan emosional. Jika orangtua menghilangkan resiko dalam kehidupan anak-anak, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang arogan namun memiliki kepercayaan diri yang rendah.

2. Orangtua selalu ingin menyelamatkan anak
Anak di generasi sekarang tidak memiliki daya tahan hidup seperti orang-orang di 30 tahun lalu karena orangtua masa kini selalu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak-anak mereka. Saat orangtua terlalu cepat menyelamatkan dan memanjakan anak-anak dengan kenyamanan, maka mereka mengurangi kebutuhan anak-anak untuk belajar menyelesaikan masalah sendiri. Gaya mengasuh ini berguna untuk jangka pendek, namun akan menyulitkan anak-anak saat mereka dewasa. Anak-anak akan terbiasa selalu dibantu dan memiliki konsep bahwa orangtua akan selalu datang membereskan segala sesuatu bagi mereka, padahal pada kenyataannya mereka butuh kemampuan untuk menyelesaikan masalah sendiri saat sudah dewasa.

3. Orangtua terlalu sering memuji anak
Dorongan untuk membangun kepercayaan diri anak berkembang di sistem edukasi sekolah tahun 80-an. Pada pertandingan baseball di masa itu, semua anak-anak dianggap sebagai pemenang dan mendapatkan piala. Ya, hal tersebut membuat anak-anak merasa istimewa, namun penelitian menemukan konsekuensi yang harus dihadapi. Anak-anak lambat laun akan menyadari bahwa pujian hampir selalu datang dari orangtua, dan mulai meragukan makna dari pujian tersebut karena berbeda dengan apa yang mereka jalani di kehidupan nyata. Saat orangtua terlalu mudah memuji dan tidak menegur anak saat mereka berbuat kesalahan, anak-anak akan belajar untuk curang, tidak jujur dan tidak mau menghadapi situasi yang sulit.

4. Orangtua membiarkan rasa bersalah mengendalikan cara mengasuh
Orangtua tidak perlu merasa dicintai oleh anak setiap saat. Anak-anak perlu merasakan rasa kecewa, dan orangtua perlu mengatakan 'tidak' kepada anak. Orangtua cenderung memberikan hal-hal yang diinginkan anak sebagai hadiah, namun hal ini justru akan mengajarkan anak-anak menjadi materialistis. Anak-anak perlu belajar bahwa ia harus selalu berbuat baik, belajar, dan bekerja keras untuk bisa bertahan dalam hidup, bukan untuk mendapatkan hadiah.

5. Orangtua tidak berbagi dengan anak tentang kesalahan yang pernah mereka perbuat di masa lalu
Remaja yang sehat akan punya keinginan untuk melebarkan sayap dan mencoba segala sesuatu hal yang baru. Sebagai orangtua, Anda sebaiknya memberikan kesempatan tersebut bagi mereka. Namun, bukan berarti Anda tak bisa membantu dan mendorong mereka ke arah yang benar. Berbagi pengalaman akan kesalahan yang pernah Anda buat saat seusia mereka akan membantu mereka membuat pilihan yang lebih tepat. Yang juga penting, anak-anak harus belajar menghadapi konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil. Ceritakan pada anak-anak pengalaman Anda, apa yang menjadi motivasi Anda, dan pelajaran apa yang Anda ambil. Orangtua harus menjadi pengaruh yang terbaik bagi anak-anak.

6. Orangtua menganggap bahwa anak yang cerdas dan berbakat sebagai anak yang sudah dewasa
Kecerdasan sering menjadi tolak ukur kedewasaan seorang anak, dan orangtua menganggap anak yang cerdas adalah anak yang sudah siap menghadapi tantangan apapun dalam hidup. Sayangnya, hal ini tidak benar. Berapa banyak atlet profesional atau aktor di Hollywood yang cerdas dan berbakat namun terlibat dalam skandal? Saat anak berbakat dalam satu bidang, bukan berarti ia mampu menguasai semua aspek kehidupan. Tak ada usia yang pasti dimana seorang anak seharusnya diberikan kebebasan, namun Anda bisa melihat perkembangan anak-anak lain dengan usia yang sama sebagai perbandingan. Jika Anda melihat bahwa anak-anak lain lebih berkembang daripada anak Anda, mungkin Anda membatasi kemandirian anak Anda.

7. Orangtua tidak mempraktikkan apa yang mereka ajarkan
Orangtua mempunyai tanggung jawab untuk menjalani hidup sebagaimana mereka ingin anak-anak menjalani hidup mereka. Untuk membantu anak-anak hidup dengan karakter yang dapat diandalkan dan bertanggung jawab, orangtua harus memberikan contoh yang sama. Sebagai pemimpin dalam rumah, orangtua harus bicara jujur, memiliki etika yang baik, dan mengajarkan nilai-nilai hidup yang positif. Jika Anda tidak mencurangi orang lain, anak-anak akan belajar untuk tidak mencurangi sesama mereka. Tunjukkan contoh yang baik seperti menjadi sukarelawan untuk kegiatan sosial agar anak-anak belajar memiliki kepedulian sosial. Perlakukan lingkungan dan sesama dengan baik, maka anak-anak Anda akan berbuat hal yang sama.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya