Liputan6.com, Jakarta - Raden Saleh dikenal sebagai salah satu pelukis terkenal dari Tanah Air. Ternyata, kemampuan Raden Saleh tak hanya di bidang tersebut.
Seniman serba bisa juga piawai mendesain rumah, salah satunya adalah tempat tinggalnya di Jakata dan satu lagi di Jerman.
Melihat hal tersebut, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, tergerak hatinya untuk membantu pendokumentasian rumah Raden Saleh yang terletak di kawasan rumah sakit Cikini, Jakarta Pusat.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Blake, ada alasan mendasar kenapa mereka mau menggelontorkan dana untuk mendokumentasi rumah Raden Saleh.
Mereka menanggap Raden Saleh adalah maestro yang selalu membawa pesan perjuangan di setiap karyanya.
"Kami sengaja memilih proyek ini karena kami anggap Raden Saleh adalah pelopor seniman Indonesia keturunan Arab-Jawa yang dalam karyanya selalu menyertakan simbol melawan kolonialisme," kata Blake di Rumah Radeh Saleh, Selasa (26/4/2016).
"Kami mengapresiasi pendokumentasian ini. Ini adalah bentuk penghormatan kami pada kelestarian budaya lokal yang ada," tuturnya.
Bukan cuma itu saja. Rumah Raden Saleh sudah dianggap tempat bersejarah bagi dunia. Pasalnya, tokoh-tokoh besar dunia seperti Raja Austria Franz Ferdinand juga pernah berkunjung di rumah itu.
Oleh sebab itu, AS tak tanggung-tanggung mengeluarkan dana dalam proyek pendokumentasian ini. Bahkan, Blake menyebut dana yang digelontorkan mencapai ribuan dolar.
"Dananya sebesar US$22 ribu. Ini dana dari Kedutaan Kami di Jakarta, bukan dari Washington," sebut Blake.
Art Healing
Uluran bantuan dari Kedutaan AS, disambut baik oleh Ketua Proyek Pendokumentasian Rumah Raden Saleh sekaligus anggota Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia, Arya Abieta.
Arya mengatakan, langkah awal untuk mendokumentasi Rumah Raden Saleh sangat penting dilakukan. Sebab, hal itu merupakan permulaan pemugaran keseluruhan tempat bersejarah ini.
Arya yakin, saat sudah dipugar, bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat. Terutama yang tengah menjalani perawatan di RS PGI Cikini.
"Pihak RS mengatakan kenapa kita gak bikin art healing. Healing dengan art karena ini rumah ada di rumah sakit," tutut Arya.
"Kita bisa melakukan banyak hal yang berhubungan dengan kesehatan dalam bangunan ini tanpa harus memisahkannya," pungkas dia.
Raden Saleh mendirikan rumah di daerah Cikini pada 1852 sekembalinya ia dari perjalanan ke Eropa. Bangunan itu didirikan di atas sebidang tanah milik sang istri di kawasan Cikini yang ia diami hingga 1862.
Semenjak tahun tersebut sampai masa pendudukan Jepang rumah Raden Saleh berganti kepemilikan beberapa kali. Terakhir usai difungsikan sebagai RS tentara oleh Jepang, pengelolaan rumah itu diberikan pada Persatuan Gereja Indonesia (PGI).
Saat ini, sebagian Rumah Raden Saleh masih berfungsi sebagai kantor rumah sakit.