Liputan6.com, Jakarta Pemenuhan kebutuhan nutrisi si kecil di usia dini merupakan syarat utama pembangunan pondasi yang kuat untuk tumbuh kembang dan kecerdasannya. Namun selain faktor genetik dari orangtua, faktor lingkungan sangat berpengaruh.
Seperti disampaikan Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Dr. Soetomo dari Fakultas Kedokteran Unair Surabaya, Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), otak anak tersusun dari pola yang sangat rumit. Setiap bagiannya terkoneksi satu dengan yang lainnya. Pembentukan setiap bagiannya terus berjalan sesuai dengan bertambahnya usia.
Dalam hal ini, otak si kecil akan bekerja memroses informasi melalui mekanisme komunikasi antara sel otak (neuron). Sebuah neuron terdiri atas badan sel dan struktur-struktur percabangan. Cabang yang pendek disebut dendrit, sementara cabang yang paling panjang disebut akson.
Badan sel mempunyai inti sel yang mengandung data genetik anak. Sebuah neuron akan menerima sinyal informasi yang masuk dari neuron lain melalui dendrit. Kemudian sinyal informasi tersebut akan diteruskan ke neuron yang lain lagi melalui akson. Di ujung akson terdapat sebuah celah penghubung yang disebut sinaps. Di dalam sinaps inilah terjadi proses penghantaran informasi.
Baca Juga
Advertisement
"Pada prinsipnya, semakin banyak sinaps otak yang terbentuk, semakin besar kapabilitas anak untuk belajar. Banyaknya sinaps yang mampu dibentuk anak ditentukan oleh interaksi antara faktor genetik (nature) dan lingkungan pengasuhan anak sehari-hari (nurture)," katanya melalui siaran pers, Selasa (26/4/2016).
Setiap anak sesungguhnya memiliki beragam kecerdasan. Agar anak tumbuh sehat, cerdas, dan berkembang optimal, diperlukan nutrisi yang tepat. Proses stimulasi juga perlu diberikan orangtua sedini mungkin. Tujuannya tentu agar setiap kecerdasan dapat tampil optimal.
Cara stimulasi efektif
Agar efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian stimulasi, seperti:
- Gaya belajar, merupakan cara individu menyerap informasi dari lingkungannya. Gaya belajar bisa melalui media visual (indra penglihatan), auditori (indra pendengaran) atau kinestetik (indra peraba). Orangtua maupun anak pada dasarnya menguasai ketiga medium tersebut. Namun, ada indra yang cenderung lebih dominan. Oleh karena itu, agar stimulasi diterima secara optimal, ada baiknya orangtua menyesuaikan metode dan gaya belajar yang digunakan dengan gaya belajar anak.
- Pola asuh orangtua, merupakan gaya pengasuhan yang diterapkan dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Ada empat jenis pola asuh yang biasa diterapkan, yakni authoritarian (otoriter), uninvolved (tidak terlibat), indulgent (permisif), dan otoritatif (demokratis). Pola asuh dinyatakan efektif apabila orangtua menerapkannya dalam situasi dan kondisi yang tepat, termasuk dalam proses stimulasi terhadap kecerdasan majemuk anak.
- Kecerdasan Emosi, merupakan kemampuan individu untuk memahami perasaan diri sendiri maupun orang lain. Anak disebut memiliki kecerdasan emosi apabila dapat menggunakan pemahaman tersebut untuk mengarahkan pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosi meliputi lima aspek, yaitu mengenal emosi diri, mengendalikannya, mengenal emosi orang lain (empati), kemampuan memotivasi diri, serta kemampuan membina relasi dengan orang lain. Dengan terasahnya kecerdasan emosi, maka stimulasi yang diberikan akan mudah diterima dan dicerna anak secara kognitif.
"Idealnya, orangtua melakukan pemetaan perkembangan atau identifikasi kecerdasan majemuk anaknya terlebih dulu. Ini untuk mengetahui kecerdasan apa saja yang sudah berkembang dan menonjol dalam diri anak, dan kecerdasan apa yang belum berkembang dan masih perlu diasah lagi agar lebih optimal. Observasi ini dapat dilakukan dengan mengamati perilaku keseharian anak, termasuk lewat minat dan aktivitas kegemaran anak," ucap Ketua Program Studi Psikologi Terapan, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Presiden Direktur ESSA Consulting, Dr. Rose Mini A. Prianto, M.Psi.
Untuk membantu proses stimulasi kecerdasan majemuk si kecil sejak dini, Morinaga memiliki modul digital "Multiple Intelligence PlayPlan" atau "MI PlayPlan" yang diluncurkan 2015 lalu. Modul ini berisi berbagai pilihan aktivitas stimulasi yang bisa diakses di www.morinagamiplayplan.com. Modul ini diharapkan bisa membantu Bunda dalam mengenali kecerdasan si kecil dan memberikan stimulasi yang tepat.
Selain itu, menurut Business Unit Head Nutrition for Kids, Kalbe Nutritionals, Helly Oktaviana, ada Gerakan #SiapCerdaskanBangsa melalui www.siapcerdaskan.com yang berisi informasi mengenai nutrisi dan stimulasi untuk seribu hari pertama kehidupan si kecil.
"Gerakan ini merupakan bentuk peran dan komitmen Morinaga untuk mewujudkan stimulasi dini dan nutrisi anak dengan misi mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak Indonesia secara optimal," katanya.
Advertisement