Liputan6.com, Jakarta Sebagai negara yang memprakarsai dua resolusi World Health Assembly (WHA), Indonesia menyerukan penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dan untuk membahasnya lebih lanjut, sebanyak 11 negara di South-East Asia Region (SEAR) yaitu Bangladesh, Bhutan, the Democratic People’s Republic of Korea, India, Maldives, Myanmar, Nepal, Srilanka, Thailand, Timor Leste berkumpul di Indonesia hari ini.
Menurut laman resmi Kementerian Kesehatan, Sehat Negeriku, fokus pertemuan ini adalah bagaimana dunia khususnya kawasan Asia Tenggara harus menghadapi penyebaran Hepatitis. Berbagai pengalaman berharga menghadapi masalah Hepatitis dari berbagai negara akan disampaikan dan didiskusikan oleh para ahli. Dan akan dibahas Rencana Aksi dan Strategi Pengendalian Hepatitis Tingkat Regional dan tingkat negara.
Baca Juga
Advertisement
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. H. Mohamad Subuh, MPPM mengatakan, hepatitis virus memiliki beban penyakit yang besar di dunia, lebih besar dibandingkan dengan penyakit menular utama lainnya, seperti HIV, TBC dan Malaria.
"Sebagian besar orang yang telah terinfeksi virus Hepatitis B kronis (HBV) atau virus Hepatitis C (HCV) akan membutuhkan pengobatan di suatu waktu dalam periode hidup mereka. Kebutuhan ini menjadi mendesak bagi mereka yang telah memiliki kerusakan hati dan berisiko tinggi mengalami komplikasi bahkan kematian dini," katanya.
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh berbagai sebab, seperti bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol dan zat berbahaya lainnya.
Infeksi karena virus, bakteri, dan parasit menjadi penyebab umum Hepatitis, dan infeksi karena virus Hepatitis A, B, C, D atau E merupakan yang terbanyak, di samping infeksi virus lainnya, seperti mononucleosis infeksiosa, demam kuning, atau sitomegalovirus. Hepatitis yang disebabkan infeksi virus bisa disebut juga Hepatitis viral.
Di wilayah Asia Tenggara diperkirakan 100 juta orang hidup dengan Hepatitis B kronis dan 30 juta orang hidup dengan hepatitis C kronis. Setiap tahun di wilayah tersebut, Hepatitis ,B menyebabkan hampir 1,4 juta kasus baru dan 300.000 kematian. Sementara, Hepatitis C menyebabkan sekitar 500.000 kasus baru dan 160.000 kematian.
Di Indonesia, dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menemukan, prevalensi HBsAg adalah 7,2%. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan data tahun 2007, yaitu 9,4% pada populasi umum.
Diperkirakan 18 juta orang memiliki Hepatitis B dan 3 juta orang menderita Hepatitis C. Sekitar 50 persen dari orang-orang ini memiliki penyakit hati yang berpotensi kronis dan 10 persen berpotensi fibrosis hati yang dapat menyebabkan kanker hati. Angka-angka ini menunjukkan bahwa 1.050.000 pasien memiliki potensi mengalami kanker hati.