Liputan6.com, Semarang - Kerupuk tak mengandung gizi banyak namun penting sebagai pelengkap lauk makanan. Dari kajian budaya, kerupuk menyimpan pesan moral dalam kehidupan manusia.
Cerita ringan tentang kerupuk ternyata menarik perhatian banyak pembaca di Liputan6.com, terutama di kanal Regional, hingga Selasa (26/4/2016) sore ini.
Advertisement
Dua berita lainnya yang tak kalah diburu adalah kisah penyilet miterius dari Kota Gudeg dan detik-detik menegangkan saat sandera ditodong kelompok Abu Sayyaf.
Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:
1. Pesan Moral di Balik Renyahnya Kerupuk
Budayawan Semarang, Prie GS, menilai kerupuk bukan sekedar penganan pelengkap makan tanpa makna. Jika dicermati seksama, kerupuk juga menyimpan pesan moral terkait kehidupan manusia.
Menurut Prie, sejauh ini jarang pakar gizi membahas manfaat kerupuk. Walau kerupuk tidak dipentingkan di takaran wacana, Prie menilai kerupuk memiliki kedudukan amat sentral.
Saat kerupuk melar di atas wajan yang panas mendatangkan efek dramatik di mulut. Kerupuk meramaikan kedudukan sayur dan nasi walau penuh menipu lidah.
Jadilah kerupuk sebagai makanan kultural karena keakraban yang terbangun di atasnya. Ia sebetulnya tidak penting, tetapi harus ada. Karena harus ada, jadilah ia penting. Kebiasaan itu turun ke dalam kenyataan.
2. Penyilet Misterius di Yogyakarta Serang 3 Warga
Jika Magelang dilanda teror penembak misterius, Yogyakarta kini diserang penyilet misterius. Sebanyak tiga orang menjadi korban aksi tidak bertanggung jawab itu.
Ia menerangkan dua korban yang merupakan warga Banguntapan itu dianiaya sekitar pukul 12.45 WIB di Jalan Pembayun, Kotagede. Kedua korban masih di bawah umur, yakni NER (12) dan Karni (16).
Berdasarkan penuturan korban, mereka didekati seorang lelaki tak dikenal yang mengendarai sepeda motor. Setelah jarak antara korban dan lelaki itu cukup dekat, pelaku menyayat lengan sebelah kanan dengan silet dan langsung kabur ke arah timur.
3. Detik-detik Menegangkan Sandera Ditodong Kelompok Abu Sayyaf
Senyuman. Itulah yang kini terpancar pada wajah Royke Montolalu, awak kapal TB Henry yang bertugas di bagian mesin setelah lolos dari aksi penyanderaan kelompok Abu Sayyaf.
Meski begitu, ingatan ayah dua anak itu masih lekat dengan aksi penyanderaan yang dialaminya pada Sabtu, 15 April 2016.
Laju kapal tiba-tiba dihentikan sekelompok orang yang menggunakan kapal kecil seperti sekoci.
"Anggota kelompok Abu Sayyaf itu menggunakan baju tentara dan membawa senjata laras panjang," ujar Royke.
Menurut Royke, warga Matani II, Kecamatan Tomohon Selatan, Tomohon, Sulawesi Selatan ini, salah seorang anggota Abu Sayyaf itu adalah pemuda yang berusia kira-kira 30 tahunan. Ia berbadan pendek dan berkulit bersih.