Liputan6.com, Jakarta Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, perempuan tidak dinilai dengan kecantikan fisik semata, melainkan harus membekali diri mereka dengan kemampuan dan berbagai keterampilan hidup.
“Jika perempuan dinilai fisik semata, maka salah satu ukurannya adalah kulit putih dan berambut panjang,” ujar Mensos usai acara talk show Perempuan dan Inovasi di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) Jakarta, Selasa (26/4/ 2016).
Pesan Gusdur (red-Abdurahman Wahid), kata Mensos, agar menjadi diri sendiri dan melakukan yang terbaik atau be yourself and do the best agar menjadi pegangan hidup semua orang, termasuk kaum perempuan.
Baca Juga
Advertisement
“Kasihan bagi para perempuan yang selalu karitatif dan imitatif, sehingga tidak sempat dan merasakan menjadi dirinya sendiri,” ucapnya.
Perempuan bisa menjadi diri mereka sendiri yang dibekali kemampuan mendeteksi kemampuannya tersebut. Misalnya, melalui forum diskusi ada potensi yang bisa dibagi pada blog dan mengikuti kursus agar familiar dengan teknologi.
“Dengan banyak berinteraksi dengan pihak lain, maka akan banyak semakin tambah pengetahuan dan wawasannya,” ucapnya.
Berinteraksi dengan berbagai elemen dan pihak manapun akan memberikan nilai tambah. Bagi perempuan lintas batas dan berpikir out of the box menjadikan pikiran-pikirannya mampu melewati batas-batas dari negaranya.
“Perempuan yang memiliki pikiran out the box tersebut, karena ada lingkungan yang mendukung sehingga hidupnya berproses, misalnya advokasi, life skills, pendampingan, serta vocational training,” tandasnya.
Ada pepatah dari Imam Al-Ghazali, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (Seseorang yang Tidak Tahu (tidak berilmu), dan dia Tidak Tahu kalau dirinya Tidak Tahu).
“Ada tipe orang yang tidak tahu mampu, tapi dengan sering ikut training dan kursus dan ada yang mengenalkan pada dirinya, sehingga bertambah kemampuan dan keterampilan dirinya,” katanya.
Selain itu, ada juga tipe orang, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (Seseorang yang tidak tahu (tidak atau belum berilmu), tapi dia tahu alias sadar diri kalau dia tidak tahu).
“Bagi tipe orang semacam ini, dia akan belajar dengan sendirinya, misalnya harus kursus apa dan membaca buku apa, sehingga yang harus diberikan penguatan bagi yang tahu punya kemampuan dan bisa memberikan sapaan pada yang lain,” tandasnya.