Akhir Geng Golf

Saking hobinya bermainan golf, mereka kerap bepergian ke luar negeri untuk menjajal padang rumput di belahan dunia sana.

oleh Moch Harun SyahSilvanus AlvinDelvira Hutabarat diperbarui 27 Apr 2016, 00:05 WIB
Olahraga Golf identik dengan olahraga ‘mahal’ nan elit, yang hanya dilakukan oleh para pebisnis. Selain sebagai kegiatan olahraga,

Liputan6.com, Jakarta - Permainan pukul-memukul bola putih kecil di padang rumput alias golf bukan barang murah. Biasanya cuma kalangan atas yang mampu memukul dan menggelindingkan bola itu. Termasuk para pejabat Ibu Kota.

Seperti cerita Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi dan rekan-rekannya sesama pejabat DKI Jakarta. Kabarnya dulu mereka membentuk Geng Golf, perkumpulan pejabat pehobi permainan itu.

Saking hobinya bermainan golf, mereka kerap bepergian ke luar negeri untuk menjajal padang rumput di belahan dunia sana. Paling tidak, 2 kali dalam seminggu, pejabat tertinggi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, yakni eselon I dan II itu 'merumput'.

Gubernur DKI Jakarta Ahok mengatakan, saat geng itu masih berjaya, yakni saat Gubernur DKI Jakarta sebelum Jokowi, olahraga mahal itu sangat berpengaruh pada kedekatan hingga kenaikan pangkat seorang PNS.

"Dulu saya sering dengar cerita ini, kalau enggak main golf, sulit naik pangkat di DKI. Karena gengnya masih eselon 2, mainnya ke luar negeri ke mana-mana," kata pemilik nama Basuki Tjahaja Purnama itu di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin 25 April 2016.

"Mereka main golf itu dulu ada perkumpulannya. Kalau main golf kan kayak lobi, lebih dekat. Ngobrol, akhirnya lebih kenal. Kalau main golf dekat kan, sering bareng. Ngobrol. Bayangin, satu bola dipukul, waktu jalan ke bola ngobrol kan?," sambung dia.

Indonesia Golf Tour (Antonius Hermanto/Liputan6.com)


Ayah 3 anak itu tidak mempermasalahkan mahalnya olahraga tersebut. Namun, dia mempersoalkan golf yang kerap dijadikan ajang lobi-lobi sehingga berujung korupsi. Meski begitu, Ahok mengakui para pejabat menggunakan biaya sendiri selama bermain golf.

"Enggak (pakai APBD) lah, dia (Rustam) punya duit sendiri," ucap Ahok.

2 'Gubernur Golf'

Menurut Ahok, Rustam satu-satunya anggota Geng Golf yang masih menjabat sebagai pejabat teras di DKI Jakarta. Anggota Geng Golf lain sudah distafkan sejak dia dan Jokowi menjabat pada 2012 lalu.

Meski sempat enggan menyebutkan nama 'gubernur golf' yang dimaksud, dia akhirnya menyatakan, bahwa keduanya, yakni Sutiyoso dan Fauzi Bowo. Mereka, termasuk pejabat yang hobi bermain golf di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Semua main golf dulu, Bang Yos main golf, Foke main golf, dulu pejabat-pejabat kita rata-rata main golf," tutur mantan Bupati Belitung Timur itu.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, saat membuka turnamen golf di Jakarta. (Liputan6.com/Silvanus Alvin)


Disebut namanya oleh Ahok, Sutiyoso pun bersuara. Mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjabat Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) itu mengakui jika dirinya kerap bermain golf dengan anak buah.

Namun, dia menegaskan hal itu semata hanya untuk lebih dekat dengan para pembantunya di pemerintahan.

"Saya dulu golf itu karena saya ingin golf dengan anak buah kan, biasa yang main tenis saya ajak main tenis, yang biasa main voli saya ajak main voli. Yang biasa golf saya ajak," kata pria yang karib disapa Bang Yos itu di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (26/4/2016).

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso meluncurkan buku berjudul Sang Pemimpin di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Minggu (6/12/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)


"Itu semata-mata karena pendekatan gaya kepemimpinan, itu kan olahraga golf bukan ditabukan," tambah dia.

Namun lain halnya dengan mantan Gubernur DKI Jakarta lainnya, Fauzi Bowo atau Foke. Sutiyoso menyatakan, Foke tak bisa bermain golf seperti dirinya.

"Setahu saya Foke itu juga enggak pernah golf, enggak bisa olahraga, kecuali treadmill yang saya tahu," ucap Bang Yos.

Mundurnya Sang Wali Kota

Sementara itu, Wali Kota Jakut Rustam Effendi yang saat ini disebut-sebut sebagai anggota terakhir Geng Golf yang masih menjadi pejabat teras Ibu Kota memilih undur diri. Surat pengunduran dirinya telah diterima Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Agus Suradika pada Senin 25 April 2016.

Seiring dengan mundurnya Rustam dari jabatan wali kota, menurut Ahok sudah tidak ada lagi anggota Geng Golf di jajaran Pemprov DKI Jakarta.

"Berarti Geng Golf sudah enggak ada lagi yang main golf," tutur Ahok, Selasa (26/4/2016).

Ahok sendiri mengaku tidak tahu alasan sebenarnya Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi mundur dari jabatan. Namun, dia menduga mundurnya Rustam ada hubungannya dengan alasan pribadi.

Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi (Sumber: beritajakarta.com)


Ahok pun menceritakan bagaimana perbedaan pendapat antara dirinya dan Rustam saat menggusur kawasan Kalijodo. Saat itu, Rustam meminta izin ada satu bangunan yang ditunda pembongkarannya.

"Kalijodo dia kan buat surat supaya bengkel engsel tidak dibongkar. Minta waktu 2 bulan.
Kamu bisa kebayang enggak kalau Kalijodo diratain ada satu bengkel enggak diratain, kamu tafsirannya apa?" ujar Ahok.

"Saya bilang ini bisa bahaya secara politik, itu bisa dihubung-hubungkan, apalagi yang punya (bengkel) etnis Tionghoa. Makanya saya tegur dia," sambung dia.

Sementara pada Jumat 22 April, Ahok menegur Rustam dalam rapat penanganan banjir di Balai Kota Jakarta. Mulanya, Ahok mendengar laporan jajaran Dinas Tata Air yang mengeluhkan kesulitan menormalisasi saluran air di kolong Tol Ancol, Penjaringan, karena banyaknya permukiman liar.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat memberikan keterangan pers kepada media (Liputan6.com/Herman Zakharia)


Mendengar keluhan Dinas Tata air tersebut, Ahok langsung menegur Rustam yang lambat melakukan penertiban. Padahal, perintah untuk melakukan menormalisasi saluran air di kolong Tol Ancol sudah diberikan sejak tahun lalu.

"Duh Pak Wali Kota ini, saya selalu bilang begini Pak Wali, Pak Wali, kalau saya suruh usir orang itu wah ngelesnya. Jangan-jangan satu pihak sama Yusril ini?" tutur Ahok.

Menyusul kemudian, sang gubernur membeberkan jika anak buahnya itu merupakan anggota Geng Golf.

Sementara itu, Rustam sendiri tak menampik jika dirinya memang suka bermain golf. Namun Dia mengaku tidak tahu-menahu mengenai Geng Golf seperti yang disebutkan Ahok.

"Saya memang main golf, satu bulan dua kali pada hari libur. Sudah ada izin dari Pak Gubernur kalau saya main golf," kata Rustam di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Selasa (26/4/2016).

"Kalau Geng Golf, saya enggak tahu ada atau tidak. Silakan selidiki sendiri."

Dia juga membantah tudingan Ahok bahwa dirinya berpihak ke bakal calon gubernur Yusril Ihza Mahendra. Bahkan Rustam mengaku tak pernah berkomunikasi dengan pakar hukum tata negara itu.

"Kenal pun tidak dengan Pak Yusril," ucap dia.

Walikota Jakarta Utara


Lalu, apa alasan sebenarnya Rustam mundur? Ia mengatakan, memperhatikan dan mengikuti perkembangan akhir-akhir ini, khususnya mulai hari Jumat, 22 April 2016.

"Intinya menurut saya apa yang disampaikan oleh Pak Gubernur itu, bahwa Pak Gubernur menilai kinerja saya masih kurang. Nah kalau sebagai bawahan dinilai atasan kinerjanya masih kurang, saya berpikir ya sudah saya mengundurkan diri saja," beber Rustam.

Dia mengaku pengunduran dirinya dari jabatan Wali Kota Jakarta Utara didukung penuh pihak keluarga. Rustam berharap dengan pengunduran dirinya bisa mengakhiri kekisruhan antara dirinya dengan sang atasan.

"Keluarga saya mendukung banget. Saya ingin mengakhiri semua kekisruhan atau kebisingan yang sedang bekerja. Karena bisa menganggu Pak Gubernur bekerja. Karena banyak hal yang masih harus dikerjakan," ujar dia.

Dia melanjutkan, pengunduran dirinya bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut Rustam, apa pun pekerjaannya nantinya, dia akan siap untuk menjalani. Tapi dia mengakui memang dirinya memerlukan kenyamanan dalam bekerja.

Rustam juga tidak mau menjadi headline di pemberitaan media televisi, terlebih lagi yang diangkat seputar perdebatannya dengan Ahok.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya