Liputan6.com, Jakarta - Disney seolah mewujudkan mimpi anak-anak menjadi sebuah visual dengan karakter dan film yang dibuatnya. Kehadiran sang anak `nakal` tapi baik hati, Peter Pan, serta petualangan ke dunia khayalan bersama Alice in the Wonderland.
Baca Juga
Advertisement
Film Disney biasanya menampilkan keindahan yang membuai, dengan jalan cerita yang memang dibuat khusus untuk anak-anak. Selain itu, Disney juga memberikan pelajaran lewat filmnya.
Namun tak banyak yang mengetahui film anak-anak Disney ternyata juga menuai kritik. Beberapa adegan yang di dalamnya rupanya penuh dengan hal yang tak pantas ditonton anak-anak.
Secara tak sadar, adegan ini ditonton anak-anak, dikhawatirkan tertanam di dalam pikiran mereka. Apa sajakah adegan itu?
Dumbo
Dumbo (1941)
Burung gagak dalam film Dumbo, si gajah imut memang membuat penonton masa kini merasa heran. Di film itu, Disney memberikan stereotipe tentang orang Negro, menggambarkan rasis.
Di sebuah adegan menceritakan, Dumbo bertemu dengan sekelompok burung gagal. Mereka digambarkan sangat miskin, hanya menghisap cerutu.
Seekor burung gagak bernama Jim Crow memimpin kelompoknya dengan sangat tegas. Burung gagak lainnya mematuhi pemimpinnya. Lebih parah lagi, cara bicara dan bahasa tubuh gagak-gagak itu seolah mewakili kaum kulit hitam pada saat itu.
Sejarawan C. Vann Woodward dalam Stolaf.edu menuliskan, "Jim Crow tampak seperti gambaran akan Negro yang tersesat di sebuah negara asing. Selain itu, Jim Crow merupakan penampilan dari seorang artis yang melukis wajahnya dengan cat hitam, melakukan mimik dan gerakan yang dilakukan orang kulit hitam di tahun 1880-an. Sejak itu, cara paling ampuh menghina Negro dengan menyebut Jim Crow."
Kelompok burung gagak itu seolah tak memiliki hak mengeluarkan pendapat karena terlalau penurut. Tampaknya Disney menggambarkan posisi warga kulit hitam yang diperlakukan sebagai budak oleh orang kulit putih, dianggap superior di Amerika.
Advertisement
Alice in Wonderland
Alice in Wonderland (1951)
Alice in Wonderland merupakan salah satu film tersukses Disney yang dibuat 1951, masih terkenal hingga saat ini. Menceritakan tentang Alice, seorang gadis kecil yang lincah mengejar seekor kelinci putih.
Alice pun terperosok ke sebuah lubang aneh, membawanya ke dunia asing dengan makhluk aneh, termasuk kucing yang tersenyum lebar dengan giginya. Alice in Wondeland memang memberikan anak-anak tontonan penuh imajinasi.
Sayangnya, ada sebuah adegan yang dianggap tak pantas dilihat anak-anak karena menggambarkan penggunaan obat-oabatan terlarang. Di film itu, Alice bertemu dengan ulat bulu besar.
Rupanya ulat bulu itu tengah memegang sebuah pipa. Selain itu, adegan saat Alice tengah menyusut dianggap memperlihatkan penggunaan narkoba. Alice harus memakan jamur yang membuatnya pusing.
Bahkan, karakter Mad Hatter tampak seperti orang yang tengah `melayang` akibat obat-obatan terlarang. Alice pun dianggap membawa dampak negatif bagi anak-anak yang menontonnya.
Peter Pan
Peter Pan (1953)
Peter Pan, karakter ternama Disney yang digambarkan sebagai sosok anak kecil yang tak pernah dewasa. Dia berteman dengan seorang peri bernama Tinkerbell, melakukan petualangan bersama, hingga bertemu dengan anak manusia, Wendy.
Saat mengajak Wendy bertualang, Peter Pan bertemu dengan suku kulit merah atau penduduk asli Amerika yang biasa dikenal sebagai Indian. Dalam adegan itu, Peter Pan kesenangan melihat beberapa warga Indian menari-nari, sambil berteriak-teriak, digambarkan seperti orang yang tak waras.
Lagi-lagi Disney menyelipkan rasisme dalam filmnya. Laman The Huffington Post pada 12 November 2014 menuliskan, itu terlihat saat Peter Pan dan Wendy berada di sebuah tempat asing dengan orang Indian.
Peter Pan bertemu dengan penduduk kulit merah, disertai kepala sukunya menyambut sekumpulan anak kulit putih. Bahkan, di film Peter Pan, gambaran orang kulit putih lebih tinggi terlihat jelas.
Bahkan, lagu yang dibuat dengan judul What Makes the Red Man Red (Apa yang membuat orang kulit merah `marah`) juga dianggap sebagai penghinaan untuk penduduk asli Amerika.
Advertisement
Lady and The Tramp
Lady and The Tramp (1955)
Cerita tentang kehidupan anjing lucu yang dimanja majikannya, Lady. Tiba-tiba, Lady yang biasa hidup nyaman harus bertahan di jalanan, bertemu dengan Tramp.
Tak ada yang salah dengan film yang menceritakan kehidupan dari sudut pandang anjing ini. Namun film ini dianggap palingh rasis. Laman Flavorwire menuliskan, adegan saat duo kucing Siam hadir di dalam hidup Lady dan Tramp.
Kucing kembar dengan mata sipit, berbulu kecoklatan, memberikan gambaran negatif terhadap orang Asia. Di film itu, duo Siam yang diundang masuk ke rumah Lady langsung menghancurkan semuanya.
Nama kucing itu Si dan Am, diambil dari kucing yang menjadi peliharaan favorit di Kerajaan Siam pada abad ke 14, kini menjadi negara Thailand. Melihat itu, tudingan Lady and the Tramp rasis pun makin kuat.
Film ini dibuat satu dekade setelah Amerika melawan Jepang pada Perang Dunia II, dilansir dari The Richest. Menonton Lady and The Tramp saat ini sangat mengganggu bagi beberapa orang.
Tangled
Tangled (2010)
Tangled, menceritakan tentang kisah putri berambut panjang yang tinggal di menara tinggi, Rapunzel. Tangled memiliki kisah yang berbeda dari Rapunzel yang biasa dikisahkan.
Tangled mengambil kisah mengenai Rapunzel yang tinggal bersama wanita yang mengaku ibunya. Padahal, wanita itu adalah penyihir yang ingin tetap muda dengan sihir di rambut Rapunzel.
Film ini banyak sekali menuai kritikan dari kaum feminis. Alasannya sungguh klise, wanita rela melakukan berbagai cara demi kecantikan.
Tulisan oleh KJ Antonia dalam blog miliknya, Rapunzel digambarkan sebagai wanita yang lemah, membutuhkan bantuan dari pria yang mau mencuri, Flynn.
Rapunzel bahkan membutuhkan penggorengan untuk membantunya bertahan diri. Disney melukiskan Rapunzel terlihat sangat ramping dengan rambut pirangnya, sterotipe orang kulit putih lebih dominan dan superior dibandingkan bangsa lainnya. Sementara, wanita yang mengaku ibu Rapunzel, harus berambut hitam.
Advertisement
Princess Disney
Princess Disney
Princess Disney selama beberapa dekade memberikan mimpi indah bagi anak-anak perempuan di seluruh dunia. Cerita tentang Cinderella yang baik hati, Ariel sang Putri Duyung yang berani hingga keteguhan hati Belle dalam Beauty and the Beast mengajarkan jika impian itu harus diperjuangkan.
Namun film yang disuguhkan Disney tentang Princess Disney itu mendapatkan kritikan pedas dari kaum feminis. Alasannya, Princess Disney dianggap menggambarkan ketidakadilan terhadap wanita.
Mereka menyebutkan, Disney memberikan pesan negatif yang tersembunyi dalam karakter Princess Disney. Bahkan, Princess Disney itu digambarkan sebagai wanita lemah, hanya menarik perhatian karakter pria dalam ceritanya.
Salah satunya, Ariel dalam Little Mermaid melakukan apa saja demi penampilan, termasuk mengubah ekornya menjadi kaki. Semua itu dilakukan Ariel hanya untuk mengejar cintanya terhadap Pangeran Eric.
Meski telah 90 tahun berlalu, sosok Princes Disney tak berubah yaitu wanita langsing dengan tubuh ala Barbie. Hal itu juga dianggap membuat bullimia dan depresi muncul di kalangan remaja yang berhasrat memiliki tubuh seperti mereka.