Trump di Mata Politisi Dunia: Sudah Tak Lucu Lagi dan Mengerikan

Jika Trump menduduki kursi presiden, maka akan memberikan banyak ketakutan atas isu perdagangan hingga senjata nuklir.

oleh Citra DewiNurul Basmalah diperbarui 29 Apr 2016, 17:18 WIB
Calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump saat berkampanye di Mar-A-Lago Resort di Palm Beach, Florida (REUTERS/Joe Skipper)

Liputan6.com, Washington - Berbahaya, nekat, tidak logis, menakutkan, mengerikan, tak bertanggungjawab, badut, dan bencana, adalah kata-kata yang kerap digunakan oleh para politisi, diplomatis, dan analis di seluruh dunia untuk mendeskripsikan masa depan kepresidenan AS di bawah Donald Trump.

Banyak yang mengatakan mereka masih tidak percaya negara yang mengangkat presiden kulit hitam pertama delapan tahun yang lalu, sekarang ingin mengangkat presiden yang 'menyakiti' orang Meksiko, Muslim, dan lainnya.

Kemungkinan Trump akan menduduki kursi presiden memberikan ketakutan pada banyak kalangan menyangkut isu perdagangan hingga senjata nuklir.

Ancaman akan kepemimpinan Trump tidak hanya dirasakan oleh negara tetangga saja, tapi juga dunia. Seorang warga, Cardoso, mengatakan memilih Trump merupakan sebuah bencana.

"Bukan hanya untuk Brazil, tapi juga seluruh dunia. Memilih Trump adalah bencana," kata Cardoso.

Seorang diplomat Washington, yang namanya tidak ingin disebutkan, juga mendeskripsikan kepemimpinan Trump sangat mengkhawatirkan.

"Dia (Trump) mengubah dasar politik, dasar perdebatan," kata dia.

Diplomat tersebut juga mengatakan kewaspadaan bahwa Trump akan membuat lebih banyak musuh di Timur Tengah. Ia juga mengatakan bahwa Capres tersebut ditakutkan akan membuat suatu kontribusi yang besar bagi sentimen anti-Amerika di seluruh dunia.

Elmar Brok, seorang anggota parlemen urusan luar negeri Jerman, mengatakan bahwa Trump adalah orang yang tidak bisa ditebak.

"Ketidakpastian itu yang akan membahayakan nantinya," jelas Brok.

Di Inggris nama 'Trump' menjadi bahan ejekan, bahkan dijadikan bahan cemooh yang berujung pada kritikan pedas mengenai gaya rambut dan posturnya yang besar.

Berbicara tentang pidato Trump tentang kebijakan luar negeri AS, Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier mengatakan, ia hanya berharap pemilu AS nantinya tidak lupa untuk mempertimbangkan kenyataan lapangan dan perubahan sistem keamanan global.

"'America First' bukan jawabannya," jelas Frank

Presiden Barack Obama pun telah beberapa kali mendapatkan pertanyaan sepintas kebijaksanaan proposal kepresidenan yang diajukan oleh Trump tersebut.

Para pemimpin Eropa tengah dan timur merasa sangat terganggu dengan pernyataan Trump yang mengatakan bahwa NATO itu 'kuno'.

Judy Dempsey, kolega senior di Carnegie Eropea, mengatakan apa yang telah dikatakan oleh Trump mengenai NATO masih terngiang-ngiang di telinga Kremlin.

"Jika AS beranggapan demikian terhadap NATO, berarti dia tidak menghargai persekutuan antlantis yang selama ini Rusia bertindak sebagai pemisah, pembagi, dan pelemah batuan dasar itu," kata dia.


Putin Puji Kebijakan Luar Negeri Ala Trump

 

Donald Trump pada Rabu, 27 April 2016, menyampaikan salah satu pidato yang paling dinanti, yaitu mengenai kebijakan luar negeri.

Tak disangka, pidato tersebut diterima dengan oleh politisi Rusia. Presiden Vladimir Putin pun mengatakan hal-hal baik tentang Trump.

"Dia adalah orang yang brilian dan berbakat tanpa keraguan," ujar Putin.

Trump pun membalas pujian itu, "Aku menyukainya karena dia berkata bahwa aku jenius. Ia berkata Trump merupakan pemimpin sesungguhnya."

Dikutip dari CNN, Jumat (29/4/2016), dalam pidato yang disampaikan di Washington DC Rabu lalu, pebisnis kaya raya itu mengungkapkan potensi peningkatan hubungan antara Amerika dengan Rusia.

"Aku percaya sebuah pengurangan ketegangan dan meningkatkan hubungan dengan Rusia," ujar Trump, walaupun ia menambahkan bahwa AS juga akan memisahkan diri dari meja negosiasi jika Rusia terlalu bergantung."

Sebelumnya pada Desember 2015 lalu, Presiden Putin menyebut Trump sebagai 'orang yang sangat bertalenta dan bersemangat' dan 'pemimpin absolut'. Sejak saat itu, Rusia menjadi satu-satunya negara , selain AS, yang menganggap ide kepresidenan Trump dengan positif.

Vladimir Putin (via middleeastmonitor.com)

Selain datang dari politisi, di Red Square, Moscow, seorang pria pejalan kaki juga memuji Trump.

"Hal kunci tentang dia adalah keinginannya untuk melakukan terobosan dalam hubungan dengan Rusia, mungkin kita tak akan menjadi dekat, namun setidaknya akan ada dialog," ujar pria tersebut kepada CNN.

"Trump adalah pria yang positif dan ia berbicara tentang Putin dengan baik. Ia ingin perubahan positif di Amerika," ujar pejalan kaki lainnya.

Banyak yang meyakini bahwa Trump dan Putin akan memiliki hubungan akur dan hal itu akan meringankan ketegangan antara AS dan Rusia.

Kepala Russian Council di Foreign and Defense Policy, Fyodor Lukyanov, yakin bahwa Vladimir Putin akan suka dengan gara Trump.

"Ia suka dengan orang yang blak-blakan, terbuka dan tak peduli dengan kebenaran politik. Dan Trump merupakan orang yang sesuai," ujar Lukyanov.

Namun tentu saja interaksi baik antara Putin dengan Trump tak semata-mata dapat memperbaiki hubungan bilateral antar kedua negara.

AS dan Rusia memiliki perbedaan pendapat besar atas Ukraina khusunya, di mana Amerika menuduh Rusia melakukan pendanaan, melengkapi, dan memberikan dukungan perang untuk mendukung pemberontak separatis dan menuntut kembalinya Crimea, yang telah dianeksasi Rusia pada 2014.

Ketika Trump berbicara tentang meningkatkan hubungan dengan Rusia, ia tak menyebur tentang Ukraina atau Crimea. Politisi level tinggi Rusia menyebut Trump sebagai kandidat Gedung Putih yang paling pragmatik.

"Ia mengungkapkan kesiapan untuk berdamai dengan Presiden Rusia, bukannya berkonflik dengan kami...," ujar komite Ketua Hubungan Luar Negeri Parlemen Rusia, Alexey Puskov, menurut Tass news.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya