Liputan6.com, Jakarta - Kicau burung dan sepoi angin menyapa saat tiba di pelataran rumah Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Suasana tenang dan jauh dari hiruk pikuk ribuan buruh yang turun ke jalanan Ibu Kota hari ini.
Ahok yang sedari pagi berada di kediamannya kemudian menemui wartawan sembari mengantar petugas Sensus Ekonomi keluar rumahnya. Dengan kemeja biru dan celana bahan hitam, Ahok tampak segar. Ia menawarkan cakwe pada semua orang di depan rumahnya.
Dia bicara panjang lebar soal permasalahan Ibu Kota. Mulai soal Sensus Ekonomi hingga penggusuran di berbagai tempat. Sekitar satu jam lebih ia melayani wartawan.
Usai menjawab berbagai pertanyaan, Ahok kembali masuk rumah. Pintu terkunci.
Kawasan rumah Ahok sangat tenang. Hanya kicau burung dan desir angin yang terdengar, antara sunyi atau ketenangan. Sekitar 200 meter di samping rumah Ahok, beberapa kapal dan yacht bersandar. Kapal mewah itu tertambat langsung di depan rumah para tetangga Ahok.
Baca Juga
Advertisement
Untuk memasuki kompleks perumahan Ahok tidak mudah, apalagi bagi masyarakat biasa. Di depan gerbang komplek tertulis. "Selain penghuni dilarang masuk".
Ada tiga jalan masuk ke rumah Ahok. Tiga jalan masuk itu dijaga ketat dengan pagar setinggi dua meter. Anda harus melewati setidaknya dua pos penjagaan. Jika lolos di pos penjagaan pertama, belum tentu diizinkan masuk oleh penjaga di pos penjagaan kedua yang lebih sempit dan ketat penjagaannya.
Rumah Biasa di Kompleks Elite
Kompleks Pantai Mutiara merupakan komplek elite di utara Jakarta. Namun, rumah Ahok tergolong rumah yang biasa saja untuk standar kompleks tersebut.
Rumah 3 lantai berdesain minimalis itu ditanami berbagai tanaman di depannya. Ada anggrek, bonsai kecil dan beberapa bunga serta buah-buahan di depan rumah Ahok.
"Tadi ditanyain usaha (petugas Sensus Ekonomi), saya bilang, anggrek di depan belum dijual, ada juga nanam buah-buahan, tapi buat sendiri aja nggak cukup. Haha...," kata Ahok berkelakar.
Memasuki kawasan rumah Ahok seperti tidak berada di Jakarta. Kawasan hening, megah tapi lengang.
Jalanan kompleks sepi dan taman-taman bermain sunyi dari gelak tawa kanak-kanak. Ayunan sesekali bergerak pelan dimainkan angin, tempat duduk di sekitar taman dijadikan para satpam sebagai tempat berteduh dari terik matahari.
Walaupun hari ini hari libur, sejak pagi hingga siang hari tak ada satu pun bocah-bocah bermain, meski di ubin jalan untuk pedestriannya terukir gambar-gambar lucu, serupa kura-kura, es krim dan bunga.
Kawasan itu sepi, tenang dan lengang. Hanya kicau berbagai burung dan desir angin pantai. Agaknya itu memang tempat yang cocok bagi Ahok untuk memikirkan peliknya masalah di Jakarta.