BPS: April 2016 Deflasi 0,45 Persen

Dari 82 kota yang disurvei oleh BPS, terdapat 77 kota yang mengalami inflasi sedangkan 5 kota mengalami deflasi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Mei 2016, 11:20 WIB
Ilustrasi BPS (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada April 2016 terjadi deflasi sebesar 0,45 persen. Kondisi ini berkebalikan dengan bulan sebelumnya atau pada Maret 2016 kemarin yang mencatatkan inflasi sebesar 0,19 persen.

Adapun tingkat inflasi untuk tahun kalender (Januari–April) 2016 tercatat sebesar 0,16 persen. Untuk tingkat inflasi dari tahun ke tahun (April 2016 terhadap April 2015) sebesar 3,60 persen. Sementara untuk komponen inti mengalami inflasi 0,15 persen, dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun 3,41 persen.

Kepala BPS Suryamin menjelaskan, dari 82 kota yang disurvei oleh BPS, terdapat 77 kota yang mengalami deflasi. "Sedangkan 5 kota mengalami inflasi," tutur dia di Kantornya, Jakarta, Senin (2/5/2016).

Deflasi tertinggi dialami oleh kota Sibolga dengan nilai 1,79 persen, sedangkan deflasi terendah dialami oleh kota Singaraja dengan nilai 0,06 persen. "Untuk inflasi tertinggi dialami oleh Tarakan dengan nilai 0,45 persen.

Suryamin mengungkapkan, deflasi yang terjadi pada April 2016 ini merupakan deflasi tertinggi sejak tahun 2000. Terjadinya deflasi ini menunjukkan perkembangan harga bahan pokok yang terkendali.

Realisasi deflasi ini sesuai dengan prediksi ekonom. Namun memang nilai deflasi yang diperkirakan sedikit meleset. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan Indonesia akan mengalami deflasi sebesar 0,30 persen padaa April 2016. 

Prediksi angka ini dikontribusi besar kebijakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif tenaga listrik. Selain itu, pemerintah juga mampu menjaga stabilitas harga pangan di bulan keempat ini‎.

"Pada April ini diperkirakan ‎terjadi deflasi 0,30 persen (MoM). Sedangkan prediksi inflasi tahunan turun menjadi 3,76 persen dari realisasi sebelumnya 4,45 persen (YoY)," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (2/5/2016).

Lebih jauh dijelaskan Josua, deflasi pada bulan keempat ini didorong penurunan Indeks Harga Konsumen dari harga barang yang diatur pemerintah (administer prices), seperti penurunan harga BBM yang diikuti turunnya tarif transportasi serta tarif listrik merespons rendahnya harga minyak dunia.

"Di saat yang bersamaan, terjadi penurunan harga sebagian besar komoditas pangan akibat faktor musiman panen raya yang biasanya terjadi di April setiap tahunnya," terang Josua. Sementara itu, ia juga memproyeksikan penurunan inflasi inti menjadi 3,40 persen (YoY) di April 2016 dari bulan sebelumnya yang terealisasi 3,50 persen. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya