Kisah Rizal Ramli, Bocah Tegal dan Lahirnya Wajib Belajar 9 Tahun

Rizal Ramli rupanya salah satu aktor di balik lahirnya program wajib belajar 9 tahun pada masa pemerintahan orde baru.

oleh Septian Deny diperbarui 02 Mei 2016, 14:15 WIB
Rizal Ramli kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli rupanya salah satu aktor di balik lahirnya program wajib belajar 9 tahun pada masa pemerintahan orde baru. Ketika masih menjadi mahasiswa, Rizal memiliki perhatian yang besar terhadap dunia pendidikan di Indonesia.

Rizal mengatakan, ketika masih kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), dirinya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Jepang. Saat di negeri sakura, Rizal terkagum-kagum dengan kemajuan negara tersebut. Padahal, sebagian besar negara tersebut merupakan wilayah bebatuan yang tidak subur.

"Saya keliling Jepang, saya kagum, karena 2/3 tanahnya batu-batuan tapi bisa kasih makan penduduknya. Kenapa Jepang lebih maju dari kita?," ujar dia di Jakarta, Senin (2/5/2016).

Ketika kembali ke Indonesia, Rizal bersama teman-temannya melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah miskin di Indonesia. Dia kemudian mengunjungi beberapa tempat di pesisir pantai mulai dari pantai utara Jawa hingga ke Lombok. Dipilihnya pesisir pantai lantaran wilayah tersebut merupakan mayoritas daerah yang miskin‎ di Indonesia.

Sampai pada saat Rizal tiba di Tegal, Jawa Tengah, dirinya bertemu dengan seorang anak bernama Sukri berusia 9 tahun. Sukri merupakan anak nelayan yang tidak sekolah karena tidak memiliki biaya. Hal ini yang mengetuk hati Rizal agar ada solusi bagi anak-anak dari keluarkan miskin untuk tetap bisa bersekolah.

"Di Tegal, ada seorang anak, saya ingat betul namanya Sukri, 9 tahun, yang tidak sekolah karena tidak mampu bayar. Melaut pun hasilnya sedikit. Kita di laut terkena dingin kena angin, tapi hasil ikannya sedikit. Ini yang membuat banyak anak nelayan tidak bisa sekolah," kata dia.

Melihat hal tersebut, Rizal bersama teman-temannya kemudia‎n membuat semacam acara untuk menyindir pemerintah agar mengatasi masalah pendidikan di Indonesia. Saat ini, lanjut dia, ada sekitar 7 juta anak Indonesia tidak bisa sekolah.

"Saya pimpinan mahasiswa di ITB, waktu itu ada 7 juta anak tidak bisa sekolah. Kemudian kami tekan para pejabat. Kami buat acara, kami undang penyair WS Rendra untuk datang ke ITB, kemudian menghasilkan puisi yang terkenal Sebatang Lisong. Kami undang sutradara terkenal Sjuman Jaya, yang memudian melahirkan film Yang Muda Yang Bercinta," jelas dia.

Akibat adanya tekanan dari para mahasiswa kali itu, akhirnya pemerintah mengeluarkan Undang-Undang (UU) terkait wajib belajar ‎9 tahun.

"Akibat pressure (tekanan) ini, pemerintah akhirnya mengadopsi UU wajib belajar 9 tahun sehingga anak usia sekolah bisa masuk SD (sekolah dasar). Tapi tidak cukup sampai di situ, butuh gratis sekolah karena anak nelayan sangat miskin," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya