Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 10 anak buah kapal (ABK) yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina dibebaskan pada 1 Mei 2016. Usai dibebaskan, para sandera yang semuanya WNI langsung dibawa ke Jakarta untuk dicek kesehatannya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Mereka kemudian dibawa ke Kementerian Luar Negeri.
Salah satu korban penyanderaan, Wawan Saputra, mengatakan selama disandera kurang lebih 36 hari, dia dan sembilan rekannya tidak disiksa.
"Tidak ada kekerasan fisik," kata Wawan di kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jakarta, Senin, (2/5/2016).
Wawan menuturkan selama disandera, mereka ditempatkan di tengah hutan belantara, sehingga tidak mengetahui di mana letak persis mereka disandera. Selain itu, hampir tiap malam kelompok Abu Sayyaf membawa mereka berpindah-pindah.
"Mereka berpindah setiap malam. Mereka berpindah untuk keselamatan kita karena mereka diserang laskar-laskar Filipina," tutur Wawan.
Baca Juga
Advertisement
Sebanyak 10 WNI anak buah kapal Brahma 12 korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Minggu, 1 Mei sekitar pukul 23.23 WIB. Mereka berada dalam "cengkeraman" Abu Sayyaf setelah kapalnya dibajak di perairan Filipina pada 26 Maret 2016.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan pembebasan 10 WNI tersebut sukses berkat adanya diplomasi total, baik formal maupun informal. TNI yang turut melakukan tugas tersebut melakukan operasi di bawah Kementerian Luar Negeri.
Mereka kemudian dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto untuk menjalani tes kesehatan. Hasilnya, 10 ABK yang pernah disandera Abu Sayyaf, dalam keadaan sehat baik fisik maupun psikologis.