Bangkitnya 'Gelina', Tradisi Unik Pengantin Muslim Bulgaria

Tradisi Islam sempat dilarang pada masa di mana Bulgaria merupakan negara satelit Uni Soviet.

oleh Adanti Pradita diperbarui 03 Mei 2016, 19:31 WIB
tradisi pengantin Muslim Bulgaria 'gelina' atau teknik melukis wajah membentuk topeng (sumber:huffingtonpost.com)

Liputan6.com, Draginovo - Sekitar 7,8% populasi negara Bulgaria menganut agama Islam. Saat Bulgaria dijadikan negara satelit oleh Uni Soviet pada era Perang Dingin, banyak dari tradisi kaum Muslim di negara tersebut yang terpaksa dihapus atau dihilangkan karena dianggap bertolak belakang dengan ideologi komunisme.

Seorang pengantin Muslim di desa terpencil Draginovo di Bulgaria, Emilia Pechinkova memutuskan untuk kembali menggunakan tradisi pernikahan Islam yang sempat terlupakan karena pelarangan dari Uni Soviet.

Salah satu tahapan pengantin Muslim di Bulgaria untuk menandai transisi mereka dalam pernikahan adalah tradisi gelina atau teknik melukis wajah.

Melansir dari Huffington Post, Selasa (3/5/2016), dalam tradisi gelina wajah pengantin Muslim dilukis dengan kosmetik yang tebal sampai terlihat seperti topeng yang mereka sebut sebagai belilo.

Tradisi pengantin Muslim Bulgaria 'gelina' atau teknik melukis wajah membentuk topeng (sumber:cnn.com)

Umumnya, perias wajah akan menghabiskan waktu selama dua jam untuk melukis topeng belilo pada wajah pengantin dan menghiasinya dengan payet berpola bunga.

Melansir dari CNN, proses gelina merupakan sebuah simbol kesucian pengantin wanita. Agar belilo tidak luntur, calon pengantin disarankan untuk tidak banyak bergerak.

tradisi pengantin Muslim Bulgaria 'gelina' atau teknik melukis wajah membentuk topeng (sumber:huffingtonpost.com)

Acara akan dimulai dengan doa pengantar yang dibawakan oleh imam. Lalu pengantin Muslim ini akan diantar keluar rumah oleh kedua orang tuanya menuju rumah calon pengantin pria.

Ritual kalangan Muslim di Bulgaria atau budaya kaum 'Pomaks' ini sempat dianggap sebagai hal yang bertentangan bukan hanya dengan ideologi komunis tetapi juga dengan tradisi Kristen ortodoks di negara tersebut.

Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut mulai bisa diterima.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya