Liputan6.com, Jakarta - Kata ‘nuklir’ kerap kali diasosiasikan dengan hal negatif seperti senjata untuk perang yang mempunyai dampak berskala besar.
Pandangan ini tidak sepenuhnya salah karena memang pada awalnya manusia diperkenalkan lebih dahulu kepada senjata nuklir, bukan sebagai sumber tenaga listrik.
Dengan persediaan minyak dan gas bumi terus berkurang hari demi hari, opsi untuk beralih ke pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mulai dipertimbangkan oleh pemerintah Indonesia.
Namun opsi tersebut banjir kritikan yang mempertanyakan risikonya yang memang tak rendah.
Baca Juga
Advertisement
Kritikan lainnya lebih fokus pada keraguan terhadap maintenance pemerintah Indonesia atau pihak yang berkepentingan untuk menjaga agar tragedi PLTN meledak seperti di Chernobyl 30 tahun silam dan bocornya PLTN Fukushima beberapa tahun lalu tidak terulang lagi.
Terkait dengan kesiapan Indonesia untuk beralih memakai tenaga nuklir sebagai sumber energi listrik, Menteri Pengembangan Perekonomian Rusia, Alexey Likhacev angkat bicara.
“Memang banyak sekali hal yang perlu dipikirkan seperti pembangunan fasilitas reaktor nuklir, infrastruktur yang terbukti aman dari ancaman teroris, lokasi tepat dengan potensi gempa dan tsunami minim, kesiapan para tenaga kerja dengan tanggung jawab yang besar,” kata Alexey kepada Liputan6.com ketika ditemui disela kunjungannya ke Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia lanjut menjelaskan bahwa butuh waktu sekitar 40 sampai 60 tahun untuk proyek ini mencapai titik kesiapan yang sempurna.
Namun, menurutnya Indonesia mempunyai potensi besar untuk sukses dalam pengembangan PLTN.
“Orang Indonesia yang saya kenal mempunyai pribadi yang rajin dan terbuka. Karakter ini bukti bahwa setidaknya negara mereka mempunyai potensi untuk maju dari segi ini,” terangnya.
Rusia, sebagai negara yang sudah jauh lebih berpengalaman untuk pengembangan dalam bidang ini, menawarkan kerjasama antar kedua negara agar Indonesia bisa belajar banyak.
“Itu mengapa Rusia berupaya untuk tawarkan sejumlah hal seperti pembangunan pusat penelitian, pusat pelatihan tenaga kerja, pusat penelitian untuk penggunaan medis, pengkajian ilmiah dan transfer teknologi dengan pihak Indonesia,” Lanjut Alexey.
Ia mengungkap bahwa selama berkunjung ke Jakarta ia sempat bertemu dengan beberapa Menteri Indonesia untuk membicarakan hal tersebut.
“Sekarang kita tinggal tunggu keputusan dari pemerintah Indonesia jadinya bagaimana,” tutup Alexey.