Liputan6.com, Denpasar - Bertempat di catuspata atau persimpangan jalan banjar Tegal Gundul Tibubeneng Canggu, Badung, Bali, ratusan warga dengan menggunakan pakaian adat bersiap menggelar upacara adat Pecaruan. Upacara itu dilaksanakan setelah tragedi berdarah yang melibatkan petarung bebas Amokrane Sabet.
Dua orang sulinggih atau pemuka agama telah bersiap di hadapan sesajen yang akan digunakan dalam Pecaruan itu. Iringan gong khas Bali menambah suasana semakin khusyuk.
"Dari kejadian kemarin kita melakukan upacara Pemarisuda," kata I Nyoman Sujapa, kelian Desa Canggu, Kamis (5/4/2016).
Warga Canggu sengaja menggelar upacara ini pasca-tewasnya seorang anggota Polsek Kuta Utara, Brigadir Anak Agung Putu Sudiarta, akibat hujaman senjata tajam seorang warga Prancis, Amokrane Sabet. Atlet tarung bebas profesional itu tewas setelah diberondong peluru petugas.
"Karena terjadi pertumpahan darah akibat kematian tidak wajar, acara ini digelar," ujar Sujapa.
Baca Juga
Advertisement
Menurut kepercayaan Hindu Bali, pecaruan bertujuan untuk menetralisir kekuatan jahat yang ada di suatu lingkungan atau wilayah. Biasanya, pecaruan selain menggunakan rangkaian sesajen dari janur dan bunga, juga menggunakan hewan sebagai korban suci.
"Pecaruan ini bertujuan untuk menyucikan dan membersihkan agar didapat kembali ketenangan dari warga banjar adat Tegal Gundul," ucap Sujapa.
Pecaruan ditandai dengan memercikan air suci atau tirta di sekeliling lingkungan setelah pemuka agama memanjatkan doa–doa. Tidak hanya di catuspata, percikan tirta juga dilakukan di lokasi kejadian tewasnya Agung Sudirta dengan Amokrane. Tepatnya di got depan vila tersangka.
Sebelumnya, puluhan warga Canggu juga sempat mendatangi Polsek Kuta Utara untuk memberikan dukungan kepada kepolisian. Mereka menilai tindakan tegas petugas berdampak positif bagi lingkungan mereka.
"Peristiwa kemain menjadi pelajaran bagi kami agar lebih memantau warga pendatang," kata Anak Agung Putu Yuyun Henny, Camat Kuta Utara, saat mendatangi Polsek Kuta Utara bersama puluhan warga.