Ayah Pembanting Anak Kandung Sempat Jadi Pasien Rumah Sakit Jiwa

Jamaluddin, ayah pembanting anak kandung itu, selain suka berperilaku aneh, ia juga sering main tangan pada dua mantan istrinya.

oleh Eka Hakim diperbarui 05 Mei 2016, 21:30 WIB
Ayah Pembanting Anak Kandung Sempat Jadi Pasien Rumah Sakit Jiwa.

Liputan6.com, Makassar - Mardianah (41), kakak ipar Jamaluddin (34), ayah yang membanting anaknya hingga tewas itu mengatakan korban selama ini tinggal bersama neneknya, Daeng Te'ne (62) yang rumahnya tak jauh dari rumah pelaku. Bocah bernama Alib (6) itu merupakan anak kedua Jamaluddin dengan istri pertamanya, Salma.

"Dia (Jamaluddin) dikarunia dua anak, yakni Rahmawati (9) dan Alib (6)," ujar Mardianah, Kamis (5/5/2016).

Mardianah mengungkapkan, rumah tangga Jamaluddin bersama Salma tak berjalan awet. Pada 2010, mereka bercerai karena Salma tak tahan dengan perilaku Jamaluddin yang suka berlaku kasar.

"Salma memilih pergi dan menikah lagi. Sedangkan, kedua anaknya diambil oleh pelaku dan diasuh oleh neneknya, Daeng Te'ne yang merupakan ibu kandung pelaku," kata Mardianah.

Pasca-perceraian itu, lanjut Mardianah, perilaku lelaki yang berprofesi sebagai buruh itu mulai aneh. Keluarga sempat membawanya ke RS Dadi di Jalan Lanto Daeng Pasewang, Makassar, tempat perawatan gangguan kejiwaan.

"Empat tahun lalu dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa, RS Dadi. Tapi hanya beberapa bulan di dalam, ia (Jamaluddin) kabur dari rumah sakit itu dan kembali ke rumahnya," ucap Mardianah.

Selepas perawatan kejiwaan itu, kondisi Jamaluddin tampak baik. Ia kembali bekerja menjadi buruh bangunan dan mengumpulkan uang hasil kerjanya untuk bekal merantau ke Malaysia.

"Tahun 2014, dia pergi merantau di Malaysia. Hanya setahun di sana, ia kembali ke Makassar tahun 2015. Kemudian meneruskan kembali jadi buruh bangunan di sini," ujar Mardianah.

Lima bulan setelah dari Malaysia, Jamaluddin menikah kedua kalinya. Ia menikah dengan Hasnah. Namun karena sering main tangan, usia rumah tangga Jamaluddin hanya berlangsung sekitar lima bulan. Hasnah memilih kabur dari rumah dan memilih kembali ke keluarganya di Kabupaten Takalar, Sulsel.

"Di situlah perilaku Jamaluddin mulai menjadi-jadi, ia mulai berbuat yang aneh-aneh. Dua hari sebelum kejadian, Ia datang mengambil korban (Alib) dari rumah neneknya dan mengajak korban menemaninya tinggal bersama di rumahnya (TKP)," ucap Mardianah.

Karena gelisah dan khawatir dengan kondisi Alib, ia mengajak warga melihat kondisi korban di rumah pelaku. "Dan firasatku betul, saya dan warga melihat ceceran darah di halaman rumah pelaku dan menemukan korban berada di atas ranjang tidur terbungkus selimut dalam kondisi tak bernyawa dan luka menganga pada kepalanya," ujar Mardianah.

Dugaan Mardianah, pelaku membantai korban kemudian menyembunyikannya di rumah adik pelaku, Anjas, yang berada di belakang rumah. Anjas memang sengaja meninggalkan rumah karena takut dengan Jamaluddin.

"Korban ditemukan tewas di rumah Anjas yang kebetulan letaknya di belakang rumah pelaku. Anjas sejak lama meninggalkan rumahnya karena takut dengan pelaku," kata Mardianah.


Sering Bertapa


Jamaluddin (34), ayah yang membunuh anak kandungnya, Alib (6) secara sadis ternyata sering pergi bertapa ke bukit yang ada di lingkungan rumahnya di Kampung Bulu-Bulu, Kelurahan Kapasa, Kecamatan Tamalanrea, Makassar.

"Dia sering pergi bertapa belakangan ini ke bukit Bulu-Bulu dan membawa korban. Malam dia ke bukit dan pulangnya kadang pagi," kata Rahmatiah (37), bibi korban yang juga merupakan saudara kandung Jamaluddin saat ditemui di sela-sela pemakaman Alib di TPU Kapasa, Makassar, Kamis (5/5/2016).

Tak hanya itu, dua hari sebelum kejadian, pelaku juga sering berteriak sendiri di dalam rumahnya dan malamnya mengetok pintu rumah warga sekitar. "Perilakunya memang beberapa hari ini sudah tak normal tapi tak ada yang berani menegur. Jadi, dibiarkan saja," ujar Rahmatiah.

Sementara itu, Panit 1 Reskrim Polsek Tamalanrea Ipda Ahmad di Mapolsek Tamalanrea, Makassar mengatakan dari tempat kejadian perkara (TKP) pihaknya telah mengamankan beberapa alat bukti yang diduga kuat digunakan pelaku membunuh korban. Di antaranya tabung gas 3 kg 1 buah, sebuah balok sepanjang 1 meter, dan gergaji.

"Ini kita amankan di TKP untuk dijadikan alat bukti. Namun sampai saat ini belum diketahui motif pelaku menghabisi nyawa anak kandungnya itu. Sampai detik ini pelaku masih tertutup dan selalu berdalih kesurupan tak tahu kejadian yang sebenarnya," ujar Ahmad kepada Liputan6.com.

Untuk penyidikan lebih lanjut, kata Ahmad pihaknya telah memasang garis polisi di tempat kejadian perkara (TKP). "TKP kita police line juga agar tidak rusak dan memudahkan kita untuk mencari alat bukti lainnya," ucap Ahmad.

Dari data yang dihimpun Liputan6.com, pelaku diduga menghabisi nyawa korban dengan menghantam balok ke kepala korban setelah tersungkur jatuh, kepala korban lalu kembali dihantam menggunakan tabung gas 3 kg.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya