Liputan6.com, Jakarta - Usai berwudu, Nenden kembali ke tempat duduknya untuk menunaikan salat zuhur. Sebelum salat, dia sempat melihat sekilas lautan di kaca jendela sebelah kiri.
Namun, baru mengangkat kedua tangannya untuk mengucap takbir, tiba-tiba Nenden merasakan pesawat bergoyang sengat kencang.
Seketika, pria bernama lengkap Nenden Nurhaini itu melihat ke atas, ke kiri, dan ke depan. Namun goncangan semakin keras. Spontan, dia dan penumpang lain berucap takbir.
"Ya Allah, Allahu Akbar," teriak Nenden, Rabu 4 Mei 2016.
Suasana saat itu berubah menjadi tegang dan kacau. Sebagian penumpang terus bertakbir sambil menangis histeris, sebagian lainnya terdiam pucat sambil berdoa.
Advertisement
Semua penumpang pesawat Etihad Airways tujuan Jeddah-Jakarta bernomor penerbangan EY 474 yang mayoritas jemaah umrah asal Indonesia itu panik.
Langit Selat Sunda siang itu terasa seperti bebatuan, yang menghantam pesawat milik Uni Emirat Arab ini. Bahkan, guncangan terasa seperti jet coaster yang naik turun tak beraturan.
Sejumlah penumpang yang tengah mengantre di toilet terempas. Begitu juga penumpang yang berada di kursi tanpa mengenakan seatbelt atau sabuk pengaman.
Nenden sempat melihat penumpang lain terpental ke segala arah. Namun dia tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya terus berzikir dan berpegangan erat pada sabuk pengaman dan bangku di hadapannya.
Beberapa jemaah yang sudah tua pun jatuh tersungkur di lantai, tertimpa barang bawaan dari kabin yang berjatuhan.
Para penumpang dan pramugari langsung membantu penumpang, untuk kembali duduk dan memeriksa keadaan masing-masing.
Guncangan turbulensi yang terjadi Rabu 4 Mei mulai pukul 13.45 WIB itu benar-benar dahsyat, hingga mengakibatkan puluhan penumpang terluka parah.
"Pramugari juga saya lihat banyak yang jadi korban, saya enggak hitung persisnya berapa," kata Ilham, penumpang lainnya.
Ilham juga melihat ada penumpang yang mengalami pendarahan di hidungnya. "Sepertinya hidungnya patah, turun dari pesawat kami langsung dievakuasi ke KKP," ucap dia.
Adinda juga turut bersaksi atas tragedi ini. Meski tak terluka, penumpang dari London yang transit di Abu Dhabi tujuan Jakarta ini, sangat trauma akibat keadian ini.
"Plafon diadu dengan kepala penumpang. Jebol semua dah itu plafon," ujar Adinda, yang bercerita melalui temannya kepada Liputan6.com, Kamis 5 Mei 2016.
Persis di depan kursi tempat Aninda duduk, seorang pria paruh baya kepalanya terbentur rangka pendingin ruangan, hingga dahinya terluka parah.
Ada juga, penumpang di sebelah kiri Andinda yang tersiram kopi panas. "Satu orang pramugari juga patah tulang," kata dia.
Selain korban luka, guncangan turbulensi juga menyebabkan kerusakan di mana-mana. Bahkan, di bagian belakang, dia melihat pesawat seperti akan tercebur laut.
"Serem, sudah mau nyebur tuh kemarin. Sama kayak AirAsia Surabaya-Singapura yang nyemplung tahun lalu," kata Adinda.
Menghindari Awan
Para korban turbulensi pesawat Etihad Airways EY 474 rute Abu Dhabi-Jakarta, kemudian dievakuasi ke tiga rumah sakit, yakni Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, RS Sitanala Tangerang, dan RS Ciputra.
"Banyak kena patah tulang belakang, dada sesak, terus di bagian kepala ada memar. Kebanyakan yang di kursi belakang yang kena," kata Edi Suryono, seorang dokter di Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandara Soekarno-Hatta, Rabu 4 Mei 2016.
Dugaan sementara, pesawat Etihad turbulansi di sekitar langit Selat Sunda, karena diduga menghindari awan yang membahayakan penerbangan.
Alhasil, pilot yang bermanuver tiba-tiba mengakibatkan para penumpang kehilangan keseimbangan dan terluka.
Sekitar pukul 14.35 WIB, pesawat berpenumpang 262 orang itu mendarat di Terminal II Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Belasan penumpang pesawat Etihad yang mengalami luka-luka langsung ditangani KKP Terminal 2E, dan sembilan penumpang lain dirujuk ke Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, menggunakan ambulans KKP Bandara Soetta.