Tinggalkan Facebook, Engineer ini Punya Impian Mulia

Mary Lou Jepsen, engineer Ocolus, meninggalkan Facebook untuk membuat perangkat MRI jadi wearable seperti VR headset.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 06 Mei 2016, 20:45 WIB
Mary Lou Jepsen. (recode)

Liputan6.com, California - Seorang engineer Facebook mengumumkan pengunduran dirinya, Kamis malam waktu setempat. Engineer wanita yang bernama Mary Lou Jepsen itu sebelumnya menjabat sebagai Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Display Technologies Oculus, Facebook.

Dilansir laman Tech Insider, Jumat (6/5/2016), Jepsen mengundurkan diri untuk bekerja di perusahaan teknologi bidang medis.

"Saya telah memutuskan untuk meninggalkan Facebook dan Oculus untuk bekerja menyembuhkan penyakit menggunakan teknologi yang telah saya inkubasi selama beberapa lama," katanya.

Sebagai informasi, setahun lalu Jepsen meninggalkan laboratorium riset Google untuk bekerja di Oculus milik Facebook.

Sebelumnya, ia ikut mendirikan One Laptop Per Child, sebuah organisasi yang membuat komputer murah dan memberikannya kepada anak-anak di negara berkembang.

Jepsen mengungkapkan, dirinya ingin bekerja membuat mesin magnetic resonance imaging (MRI) menjadi lebih terjangkau sekaligus menjadi wearable layaknya perangkat virtual reality Oculus Rift milik Facebook.

Dengan demikian, ia bisa memberikan MRI weareble itu kepada seluruh dokter di dunia untuk mendeteksi penyakit otak. Seperti diketahui, MRI sendiri merupakan sebuah mesin yang digunakan untuk mengetahui aktivitas otak dan biasanya hanya terdapat di rumah sakit.

Wanita yang baru setahun bekerja di Facebook ini menambahkan, dengan kemajuan teknologi, bukan tidak mungkin dirinya bisa membantu mengobati kanker, penyakit jantung, gangguan mental serta penyakit neuro degeneratif lainnya.

Tidak hanya itu, ia berujar, bukan hal yang mustahil jika konsep teknologi yang dikembangkannya bisa membuat orang saling berkomunikasi hanya menggunakan pikirannya.

Hingga kini, masih belum jelas teknologi MRI itu akan dinamai apa, bagaimana cara kerjanya, serta bagaimana mengembangkannya, atau apakah yang dikatakan Jepsen mungkin direalisasikan.

"Saya pikir, apa yang kami lakukan ini adalah membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin," katanya. 

(Tin/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya