Liputan6.com, Makassar - Jamaluddin (34), ayah yang membanting anak kandungnya hingga tewas, ternyata punya harapan agar anaknya, Alib (6), bisa menjadi presiden. Namun harapan yang ia tanamkan kepada anaknya itu kandas di tangannya sendiri.
"Tahun depan Alib sudah bersekolah. Dan saya ingat sekali, bapaknya (Jamaluddin) setiap datang ke sini bertemu anaknya (Alib), dia selalu berpesan agar Alib nanti bersekolah dengan baik agar bisa jadi presiden menggantikan Jokowi," kata nenek korban, Daeng Te'ne (62), saat ditemui di kediamannya di Kampung Bulu-bulu, Kelurahan Kapasa, Tamalanrea, Makassar, Jumat (6/5/2016).
Namun, kata Daeng Te'ne, harapan itu kandas karena Alib tewas mengenaskan di tangan bapaknya sendiri.
"Alib itu anak kesayangannya, tapi bapaknya memang perbuatannya aneh belakangan ini. Terakhir itu dia ikat kedua kaki Alib lalu digantung menggunakan sarung dan kadang pakai tali kalau menganggap anaknya nakal," tuturnya.
Baca Juga
Advertisement
Meski perbuatan pelaku semakin hari bertambah aneh, Daeng Te'ne yang merupakan ibu kandung pelaku mengakui ia maupun kerabatnya yang lain tak dapat mencegahnya karena takut kena marah dan pelaku mengamuk.
"Setiap anaknya dianggapnya salah atau nakal, ia selalu menggantungnya hingga sekitar 5 menit. Dipalang rumah panggung di sini," ucap Daeng Te'ne.
Namun, perbuatan pelaku terkadang baik. Ketika mendapatkan uang dari hasil kerja menjadi buruh bangunan, ia suka membelikan pakaian untuk anaknya.
"Dan terakhir itu sekitar dua minggu sebelum kejadian, dia ingin anaknya bersekolah dan menjadi presiden. Itu saya bilang, dia itu sayang sekali Alib, anak bungsunya," ucap Daeng Te'ne.
Saat ditemui Liputan6.com di balik jeruji Mapolsek Tamalanrea, Jamaluddin dengan polosnya mengakui menyesali perbuatan sadisnya terhadap anak kesayangannya, Alib.
"Siapa tidak menyesal kalau anak kita mati, semua orang pasti menyesal kalau anaknya mati," ucap Jamaluddin.
Dari data yang dihimpun Liputan6.com, sdiduga pelaku menghabisi nyawa korban dengan menghantamkan balok ke kepala korban. Setelah tersungkur jatuh, kepala korban lalu kembali dihantam menggunakan tabung gas elpiji 3 kg.
Akibatnya, tampak isi dalam batok kepala korban terhambur keluar. Selanjutnya pelaku menarik mayat korban dan memasukkannya ke rumah adiknya, Anjas, yang berada di belakang rumah pelaku dan dalam keadaan kosong. Di rumah itu, korban ditaruh di atas ranjang tidur kemudian ditutupi selimut.