Liputan6.com, Jakarta - Pendiri dan CEO Amazon.com Jeff Bezos menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan mencapai satu juta saham atau sekitar satu persen dari total kepemilikan sahamnya pada pekan ini.
Penjualan saham Amazon mencapai US$ 671 juta atau sekitar Rp 8,93 triliun (asumsi kurs Rp 13.321 per dolar Amerika Serikat). Hal itu berdasarkan laporan the Securities and Exchange Commission.
Berdasarkan situs Geekwire, perolehan dana yang didapatkan Bezos tersebut terbesar dalam penjualan kepemilikan Amazon. Penjualan saham Amazon terjadi setelah saham Amazon melonjak.
Saham Amazon naik 13 persen dalam dua hari setelah perseroan mencatatkan pendapatan naik 28 persen dan keuntungan sebesar US$ 513 juta pada kuartal I 2016. Sebelumnya perseroan membukukan kerugian US$ 57 juta pada periode sama tahun sebelumnya.
Baca Juga
Advertisement
Penjualan saham tersebut dilakukan pada 3-5 Mei 2016 dengan rentang harga US$ 662,48-US$ 680,05. Bezos masih memiliki sekitar 82 juta saham atau 17 persen dari total kepemilikan saham. Nilai kepemilikan saham itu sekitar US$ 54 miliar berdasarkan harga saham pada Jumat pekan ini di kisaran US$ 661. Demikian mengutip dari laman Fortune, seperti ditulis Minggu (8/5/2016)
Tak hanya itu, Bezos juga memberikan 3.141 saham kepada organisasi non profit. Pemberian saham itu senilai US$ 2 juta. Dia juga memberikan 741 saham Amazon, namun tidak disampaikan secaara terbuka.
Sebelumnya ia pernah menjual saham Amazon tapi tak sering. Pada awal Agustus 2015, dia menjual sekitar 1 juta saham Amazon ketika harga saham Amazon bergerak di rentang US$ 529-US$ 538 per saham. Pada saat yang sama dia juga mendonasikan sekitar 1.870 saham Amazon kepada organisasi non-profit dengan nilai sekitar US$ 990 ribu.
Seperti diketahui, Jeff Bezos terkenal menjadi pimpinan perusahaan raksasa e-commerce pada 1994 setelah berhenti bekerja di Wall Street. Seperti miliarder yang sukses di bidang teknologi, Bezos juga memiliki ketertarikan investasi lainnya seperti di perusahaan penerbangan untuk mengarungi luar angkasa Blue Origin dan Washington Post. (Ahm/Ndw)