Liputan6.com, Palu - Para petani di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, dalam beberapa tahun terakhir ini mulai beralih mengembangkan tanaman nilam sebagai sumber penghasilan baru untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
"Sejak tanaman kakao banyak yang mati karena serangan hama, petani kini telah beralih menanam nilam sebagai penopang keuangan keluarga," kata Markus, salah seorang petani di Dusun Toriapes, Kecamatan Kasimbar, di Kabupaten Parimo, dilansir Antara, Minggu (8/5/2015).
Markus mengatakan, budidaya nilam tidak susah dan cepat menghasilkan. Tanaman ini sangat cocok dengan kondisi tanah dan iklim di wilayah itu. "Nilam bisa ditanam di antara tanaman lain seperti pohon kelapa dan lainnya," imbuh Markus.
Hal yang sama juga disampaikan Syamsuddin. Petani di Kecamatan Kasimbar itu membenarkan dalam beberapa tahun terakhir ini pengembangan tanaman nilam dilakukan secara besar-besaran oleh petani.
"Kalau dahulu petani bergantung pada hasil panen kakao, tetapi sekarang ini sudah tidak lagi," papar Syamsuddin.
Baca Juga
Advertisement
Petani sekarang ini, lanjut dia, sudah banyak yang beralih mengembangkan tanaman nilam karena harganya di pasaran bagus. Waktu panen lebih singkat dan banyak pembeli yang datang langsung ke kebun petani.
Seperti di Desa Kasimbar, pedagang pengumpul langsung membeli di kebun petani. Harga komoditi nilam yang sudah kering berkisar Rp 6.500/kg. Kadang-kadang naik sampai Rp7.000/kg. Nilam untuk bahan baku minyak.
Minyak nilam atau patchouli oil adalah salah satu jenis minyak atsiri yang dihasilkan oleh nilam (pogostemon cablin benth) yang merupakan komoditas unggulan nasional di Indonesia.
Minyak nilam punya banyak kegunaan seperti pembunuh serangga dan bahan pembuatan obat-obatan. Sebanyak 70 persen kebutuhan minyak nilam dunia disokong oleh Indonesia.