100 Ribu Polisi Dikerahkan untuk Jaga Pemilu Filipina

Dalam jajak pendapat kali ini, selain menetapkan presiden dan wakilnya juga akan dipilih senator dan sekitar 18.000 pejabat lokal.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 09 Mei 2016, 09:11 WIB
Masyarakat Filipina mengantre di depan TPS. (Reuters)

Liputan6.com, Manila - Hari Senin ini (9/5/2016), Filipina menggelar pemilihan umum (pemilu) presiden. Tempat pemilihan suara (TPS) pun telah dibuka pada pagi hari, dengan pengamanan yang diperketat.

Dalam jajak pendapat kali ini, selain menetapkan presiden dan wakilnya juga akan dipilih senator dan sekitar 18.000 pejabat lokal termasuk wali kota.

Pada pemilu Filipina yang berlangsung bersamaan dengan pemilihan kepala daerah ini, sekitar 100 ribu polisi dikerahkan. Ini dilakukan karena khawatir terjadi kekerasan akibat ketegangan antara pihak-pihak pendukung calon presiden maupun calon pemimpin daerah.

Dilansir dari BBC, Senin (9/5/2016), lima calon akan bersaing untuk menggantikan Presiden Benigno Aquino, yang tak bisa mencalonkan diri lagi setelah masa jabatan enam tahunnya berakhir.

Menurut laporan para wartawan, politik Filipina sejak dulu sering diwarnai oleh kekerasan. Sepanjang masa kampanye pemilihan presiden kali ini, sudah 15 orang tewas.

Sabtu 7 Mei lalu, Armando Ceballos yang merupakan salah seorang calon independen untuk Wali Kota Lantapan, Filipina selatan, tewas dibunuh oleh sekelompok pria bersenjata yang menyerbu rumahnya.

"Seorang pria bersenjata menyerbu rumah Armando Ceballos dan menembaknya," kata polisi.

Pemilihan umum kali ini juga diwarnai dengan bocornya data pribadi sekitar 55 juta pemilih karena diretas. Namun Komisi Pemilihan Umum Filipina sudah menegaskan kebocoran tidak akan mempengaruhi proses pemilihan presiden.

Calon Unggul

Jajak pendapat memperlihatkan calon yang unggul adalah Rodrigo 'Digong' Duterte, Wali Kota Davao City, Filipina selatan, yang menurut beberapa pihak bersikap otoriter.

Pria 71 tahun ini berfokus pada isu-isu hukum dan ketertiban. Namun ia membuat banyak pernyataan kontroversial, termasuk mengatakan bahwa ia akan membantai para penjahat.

Pada masa kampanye, mantan jaksa itu juga melontarkan komentar yang kontroversial terkait pemerkosaan dan pembunuhan atas seorang misionaris perempuan asal Australia, di penjara Davao City tahun 1989.

Presiden saat ini, Benigno Aquino, berupaya mempertemukan calon lainnya untuk mengalahkan Duterte. Dia mencoba memperingatkan bahwa jika Duterte terpilih, artinya Filipina kembali ke zaman kediktatoran.

"Saya butuh bantuan Anda untuk menghentikan kembalinya teror di Tanah Air kami, saya tidak bisa melakukannya sendiri," imbau Aquino kepada para pemilih dalam kampanye terakhir Sabtu 7 Mei.

Selain Duterte, keempat calon lainnya adalah Grace Poe, Mar Roxas, Jejomar Binay, dan Miriam Defensor-Santiago.

Lebih dari 54 juta orang di seluruh kepulauan Filipina -- dari 7.000 pulau -- terdaftar dalam pemilihan tersebut. 

Saat ini Filipina tengah menyoroti isu utama terkait ekonomi, kejahatan, korupsi, kemiskinan dan wilayah sengketa dengan Tiongkok di Laut China Selatan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya