Liputan6.com, Yogyakarta - Pakar Kegunungapian Surono meyakini pasca erupsi Merapi 2010, tidak ada letusan besar dalam waktu dekat. Letusan yang terjadi pada tahun itu tergolong besar dan biasanya terjadi dalam periode 100-150 tahun sekali.
"Jadi yang biasanya ada siklus dua tahunan atau empat tahunan belum tentu, bersabar saja," ujar Surono saat ditemui wartawan seusai acara Labuhan Merapi di petilasan Mbah Maridjan, Senin (9/5/2016).
Dia menjelaskan butuh waktu untuk mengisi energi dalam tubuh Merapi hingga suatu saat meletus lagi. "Sekarang belum saatnya, tetapi Merapi pasti menepati janji," kata Mbah Rono, sapaan akrabnya.
Baca Juga
Advertisement
Ia juga menilai harmonisasi masyarakat Merapi dengan gunungnya dapat menjadi percontohan masyarakat lain yang hidup dekat dengan gunung berapi.
Masyarakat Merapi sudah paham soal lika-liku gunungnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti adanya jalur evakuasi dan pemahaman tanggap bencana.
Mbah Rono mengatakan kesadaran masyarakat Indonesia yang hidup dikelilingi gunung berapi sudah muncul sejak masa kanak-kanak.
"Setiap anak kecil pernah menggambar dua gunung dan satu matahari. Secara tidak sadar itu ajaran yang menunjukkan gunung dekat dengan masyarakat," ucap Mbah Rono.
Tidak hanya itu, dalam kearifan lokal budaya masyarakat Jawa, gunung selalu mendapat tempat. Misal, pergelaran wayang yang selalu dibuka dan ditutup dengan gunungan atau acara slametan menyuguhkan tumpeng yang bentuknya menyerupai gunung.
"Gunung itu untuk disyukuri bukan ditakuti," kata Mbah Rono.