'Ramalan Kiamat' Tuntun Bocah 15 Tahun ke Kota Maya yang Hilang

Bocah 15 tahun asal Kanada menguak keberadaan kota milik peradaban Maya. Menyatukan pengetahuan kuno dan teknologi canggih.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Mei 2016, 12:41 WIB
Penelitian William Gadoury menguak keberadaan kota kuno Maya yang hilang (Twitter/‏@CAQ_Joliette)

Liputan6.com, Quebec - William Gadoury baru berusia 15 tahun. Namun, bocah asal Quebec, Kanada itu berhasil menguak misteri yang tersembunyi di hutan belantara di Amerika Tengah: sebuah kota kuno yang terlupakan milik peradaban Maya.

William mendapatkan temuannya tersebut dengan cara cerdas, mengombinasikan pengetahuan astronomi kuno yang didapatnya dari membaca dan teknologi modern.

 

Buku kuno Madrid Codex atau Tro-Cortesianus Codex (Wikipedia)


Bocah cerdas tersebut menganalisis 22 rasi bintang Maya dalam Madrid Codex atau Tro-Cortesianus Codex.

Itu adalah satu-satunya buku yang bertahan dari zaman pra-Kolumbia Maya tahun 900-1521 Masehi.

Dari buku itu, ia menyadari bahwa Suku Maya menyetarakan 117 kota-kota mereka dengan posisi bintang-bintang di angkasa.
 


Namun, saat meneliti rasi nomor 23, William menyadari bahwa konstelasi yang terdiri dari 3 bintang itu hanya selaras dengan lokasi dua kota.

Ada satu bintang yang tak memiliki kota sebagai pasangannya.

Kemudian, dengan menggunakan citra satelit dari Badan Antariksa Kanada atau  Canadian Space Agency dan Google Earth, William menfokuskan perhatiannya pada satu titik di tengah hutan lebat Yukatan.

Baru 15 tahun, William Gadoury menguak keberadaan kota kuno Maya yang hilang (Canadian Space Agency)

Ada penampakan misterius di sana yang diduga struktur buatan manusia. Diperkirakan ada sebuah piramida dan sekitar 30 bangunan lain yang ada di sana.

Jika teorinya benar dan kalkulasinya tepat, William mungkin menemukan kota kuno Maya yang hilang di Semenanjung Yukatan, Meksiko.

Ini adalah kali pertama seorang peneliti mengaitkan secara langsung konstelasi bintang dengan lokasi kota peradaban Maya. Demikian dikabarkan Journal de Montreal.

"Ada fitur linear yang memberi petunjuk bahwa ada sesuatu di balik kanopi pepohonan itu," kata Daniel de Lisle dari Canadian Space Agency kepada The Independent, seperti dikutip dari News.com.au, Selasa (10/5/2016).

"Ada sejumlah hal yang menunjukkan bahwa itu bisa jadi adalah struktur buatan manusia."

Diduga ada sebuah piramida dan sekitar 30 bangunan lain di kota Maya (Canadian Space Agency)

William menamakan kota temuannya sebagai K’aak Chi atau Mouth of Fire.

Kota itu diduga adalah satu dari lima kota Maya terbesar yang terdokumentasi dalam sejarah.

Penemuan yang dihasilkan bocah tersebut menuai pujian dari badan antariksa Kanada, Jepang, juga NASA. Ia juga dianggap pahlawan di kotanya, Quebec.

"Yang membuat apa yang dilakukan William sungguh mengagumkan adalah risetnya yang mendalam," kata de Lisle.

"Mengaitkan posisi bintang-bintang ke lokasi kota yang hilang, dengan menggunakan citra satelit di wilayah yang kecil, untuk mengindentifikasi puing-puing yang ditutupi kanopi pepohonan lebat sungguh luar biasa."


Berawal dari Ramalan Kiamat...

Berawal dari Ramalan Kiamat...

Sejak belia, William Gadoury terobsesi dengan peradaban Maya. Gairahnya berawal dari rasa penasaran saat membaca ramalan kiamat 2012.

Dunia sempat dibuat heboh jelang 21 Desember 2012 -- yang dianggap sebagai 'kiamat menurut bangsa Maya'.

Tanggal tersebut konon sesuai dengan kalender hitung panjang Suku Maya (Long Count), sebuah sistem yang sangat kompleks yang mencakup periode sekitar 5.200 tahun.

Kalender Long Count Maya (LiveScience)

 

Histeria jelang 21 Desember 2012 -- titik akhir perhitungan Long Count -- bahkan membuat Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) angkat bicara, menepis semua rumor dan kabar bohong yang beredar. Semua argumen 'penyebab' kiamat pun dipatahkan dengan sains.

Dari soal kiamat, rasa ingin tahu 'terbit' dalam diri William. Ia yang antusias kemudian mempelajari kebudayaan Maya, yang akhirnya menuntunnya ke kota kuno yang hilang.

Bangunan peninggalan Suku Maya (Wikipedia)

"Awalnya, aku tak paham mengapa Suku Maya membangun kota mereka jauh dari sungai, di lahan terpencil dan di pegunungan," kata William kepada Journal de Montreal.

Bocah cerdas itu lantas terpikir, pasti ada alasan di balik itu. "Dan karena mereka menyembah bintang-bintang, sejumlah ide terlintas dalam benaknya," kata dia.

William mengaku terkejut sekaligus bersemangat saat menyadari bahwa bintang-bintang paling terang di angkasa bersesuaian dengan letak kota-kota Maya.

Hutan di mana kota kuno berada belum dieksplorasi. Tak ada manusia yang menembus kerapatan vegetasinya selama ratusan tahun.

William ingin, suatu saat nanti ia bisa menuju ke sana. "Itu akan menjadi pencapaian puncak dari kerja kerasku selama 3 tahun sekaligus perwujudan mimpi dalam hidupku."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya