Liputan6.com, Houston - Fenomena langka yang hanya terjadi sekitar 13 kali selama satu abad, telah terjadi pada 9 Mei 2016. Peristiwa tersebut adalah transit Merkurius, di mana Matahari, Merkurius, dan Bumi berada dalam garis yang sejajar.
Fenomena yang berlangsung selama 7,5 jam tersebut, dapat dilihat dari Amerika Serikat dan Kanada bagian timur, Eropa dan Afrika barat, serta hampir di seluruh bagian Amerika Selatan.
"Fenomena itu merupakan sesuatu yang langka, karena Matahari, Merkurius, dan Bumi harus berada dalam posisi yang hampir membentuk garis lurus," ujar Pascal Descamps dari Paris Observatory.
Merkurius, planet terkecil di tata surya kita, membutuhkan waktu 88 hari untuk sekali orbit dengan kecepatan 170 ribu kilometer per jam.
Baca Juga
Advertisement
Sebenarnya Merkurius melintas di antara Bumi dan Matahari setiap 116 hari sekali. Namun karena orbitnya yang tak sejajar dengan Bumi, maka dibutuhkan waktu lama untuk berada dalam posisi yang sejajar di antara planet kita dengan Matahari.
Dikutip dari News.com.au, Selasa (10/5/2016), fenomena yang hanya terjadi 13 kali dalam seratus tahun tersebut, membuat astronom amatir bersemangat melihatnya.
"Orang-orang awam terlihat sangat bersemangat," ujar Descamps.
Siang hari di Merkurius 6 kali lebih panas dari tempat terpanas di Bumi. Malamnya, bisa dua kali lebih terasa beku dari tempat terdingin di planet kita.
Fakta lainnya, rotasi Merkurius lebih lambat dari revolusinya, di mana planet tersebut menyelesaikan sekali rotasi ketika telah mengorbit Matahari selama dua kali. Hal itu berarti, satu hari di Merkurius sama dengan 2 tahunnya.
Transit Merkuri pertama kali diabadikan oleh astronom Prancis, Pierre Gassendi. Ia mengobservasi fenomena tersebut melalui telekop pada 1631, dua dekade setelah alat itu ditemukan.
Seorang astronom Jerman, Johannes Kepler, berhasil memprediksi transit Merkurius. Namun, ia meninggal pada 1630 dan belum sempat menyaksikan fenomena alam tersebut.
Transit Merkurius terakhir terjadi pada 10 tahun lalu, tepatnya 8 November 2006, dan diprediksi akan terjadi lagi pada tahun 2019, 2032, dan 2049.
"Selalu menyenangkan melihat fenomena astronomi langka, seperti transit Merkurius," ujar Presiden Astronomical Society (RAS), Martin Barstow.
"Mereka menunjukkan bahwa astronomi merupakan ilmu pengetahuan yang dapat diakses oleh semua orang," tambahnya.