Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan pentingnya keseimbangan pangan nasional kepada jajaran pejabat Perum Bulog. Bila tidak, Indonesia bukan tidak mungkin bernasib sama dengan Mesir yang menjadi importir salah satu pangan, yakni gandum terbesar di dunia.
Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk tetap menjaga keseimbangan pangan. Bulog harus mengantisipasi lahan yang terus mengalami penurunan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Iklim juga tak bisa dipandang sebelah mata. Faktor ini tidak bisa diprediksi padahal petani sangat bergantung pada kestabilan iklim. Tak hanya itu, masalah lingkungan dan pola hidup juga harus diperhatikan dengan matang.
Baca Juga
Advertisement
"Sekarang ada jagung tapi bingung untuk makanan atau minyak. Lalu kebutuhan beras meningkat karena masyarakat di Papua dan Maluku sekarang sudah tidak makan sagu. Dulu makan pagi pakai roti sekarang indomie. Hutan kita dibabat dan pengairan semakin susah," kata JK saat memberikan kuliah umum pada HUT ke-49 Bulog, Jakarta, Selasa (10/5/2016).
Tapi yang tidak bisa diabaikan adalah keseimbangan antara produsen dan konsumen, serta orang mampu dan tidak mampu. Keseimbangan produsen dan konsumen ini sangat penting untuk menjaga produktivitas produsen tetap baik tinggi dengan harga yang terjangkau bagi konsumen.
"Apabila tidak ada minat dari konsumen tidak ada orang mau produksi. Mesir dulu produsen gandum terbesar tapi sekarang jadi importir gandum terbesar di dunia. Karena harga dibuat murah jadi petani tidak mau tanam lagi," ungkap JK.
Konsumsi makan orang mampu dan tidak mampu juga berbeda. Orang mampu cenderung menggunakan 20 persen gajinya untuk konsumsi makanan. Berbeda dengan orang yang tidak mampu justru menggunakan 60 persen untuk konsumsi sehingga begitu harga naik langsung panik.
"Karena itu, pemerintah menetapkan batasan bawah dan atas untuk menjaga itu. Solusinya hanya teknologi, geo teknologi ke petani. Di sinilah Bulog kemudian mendistribusikan maka akan terjadi keseimbangan," pungkas JK.