Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mengakui, saat ini masih sulit mengubah kebiasaan masyarakat Ibu Kota yang terbiasa menggunakan kantong plastik. Itu berbanding terbalik dengan masyarakat di masa lalu yang gemar membawa tas sendiri untuk berbelanja.
"Susah mengubah budaya mengganti kantong plastik dengan kantong sendiri. Dulu orang bawa kantong sendiri dan bisa digunakan berkali-kali. Tapi sekarang sudah enggak, karena orang maunya praktis," tutur Djarot di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (10/5/2016).
Bahkan hingga saat ini, ketika kebijakan kantong plastik berbayar sebesar Rp 200 diterapkan, masih banyak warga yang enggan membawa kantong belanjaan sendiri. Padahal, kebijakan itu bertujuan mengurangi sampah plastik yang memang sulit terurai.
"Jadi, sekarang kalau bisa bawa kantong belanja sendiri atau kantong plastik yang mudah terurai. Bumi kita sekarang sudah rusak, jadi kita juga yang harus merawatnya," lanjut mantan Bupati Blitar itu.
Baca Juga
Advertisement
Di lokasi yang sama, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tuti Hendarwati Mintarsih mengatakan, kebijakan kantong plastik berbayar sebenarnya telah diterapkan di 32 negara di Eropa.
"Bahkan, penggunaan kantong plastik di Tiongkok telah dilarang sama sekali," jelas Tuti.
Meski kebijakan tersebut dianggap tidak efektif, bagi dia hal itu nyatanya sudah cukup untuk mengurangi volume sampah plastik di Jakarta. Selain itu, pengelolaan sampah yang tepat yakni dengan memilah jenis sampah, bisa mengurangi volume sampah setiap harinya.
"Bahkan, sampah ini juga bisa diolah untuk menjadi barang yang berguna, karena semua sampah punya nilai dan bisa dijual. Jadi harus bisa dimanfaatkan untuk menghemat pengeluaran," pungkas Tuti.