Rivaldo Larang Turis Asing Saksikan Olimpiade di Brasil

Tingkat kriminalitas yang tinggi membuat Brasil bukan negara aman yang dikunjungi.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 11 Mei 2016, 02:00 WIB
Tampak dari kejauhan Maracana Stadium sebagai veneu Olimpiade 2016 Rio de janeiro mendatang, Selasa (21/04/2015). Sumber : AFP

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Mantan pemain Timnas Brasil, Rivaldo mengimbau kepada turis mancanegara agar membatalkan perjalanan ke Brasil untuk menyaksikan Olimpiade 2016 di Rio Janeiro. Isu keamanan menjadi alasan utama mereka harus mengurungkan niat pergi ke Brasil.

Olimpiade di Brasil bakal berlangsung pada 5 hingga 20 Agustus 2016. Di tengah persiapan Brasil menggelar pesta multievent empat tahunan ini, situasi Brasil sedang tidak kondusif. Angka kriminalitas yang tinggi membuat negara penghasil sepak bola top dunia ini menjadi tidak aman.

 

Baca Juga

  • Menpora: Saya Cabut Surat Pembekuan PSSI
  • Inggris Tanpa Welbeck di Piala Eropa
  • Schweinsteiger Terlalu Tua untuk Piala Eropa 2016

 

Baru-baru ini ditemukan kasus, sebanyak 307 orang tewas oleh Polisi di perkampungan kumuh atau Favela di Rio sepanjang tahun lalu. Sementara, puluhan orang lain juga ditemukan tidak bernyawa di lokasi yang sama.

Menurut Rivaldo, semua berjalan buruk setiap hari. Karena itu, dia merekomendasikan kepada wisatawan tidak melakukan perjalanan ke Brasil.

"Nyawa Anda bakal terancam di sini," kata Rivaldo sebagaimand dilansir dari The Guardian.

Angka kriminalitas yang tinggi membuat beberapa negara mengeluarkan travel warning ke Brasil kepada warga negaranya. Masalah serupa juga ditemui saat Brasil menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 lalu. Aksi perampokan dan kejahatan di jalan merajalela. Menurut Rivaldo, tindak kejahatan di Brasil ikut dipengaruhi minimnya peran pemerintah dalam meredam masalah sosial di Brasil. 

"Hanya Tuhan yang bisa mengubah situasi ini di Brasil," kata Rivaldo, mantan pemain Barcelona ini.

Pergolakan yang mungkin terjadi di Brasil jelang Olimpiade hampir sama seperti 2 tahun lalu. Ketika itu, gelombang protes muncul. Ketika itu, pemerintah Brasil mengucurkan dana lebih dari Rp 150 triliun untuk membangun sarana dan prasarana untuk menghelat Piala Dunia. Masyarakat menilai, dana sebesar itu seharusnya dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesejangan sosial.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya