Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura II (Persero) memperkirakan penghematan biaya operasional Bandara Soekarno Hatta (Soetta) sebesar 60 persen, jika Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) telah menyalurkan listriknya.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi mengatakan, biaya operasional listrik Bandara Soekarno Hatta saat ini mencapai Rp 400 miliar. Listrik tersebut masih dipasok dari jaringan PT PLN (Persero).
Jika PLTG berkapasitas 60 Mega Watt (MW) rampung dibangun dan beroperasi menyalurkan listrik ke Angkasa Pura II bisa menghemat anggaran tersebut mencapai 60 persen.
"Ya kalau ada PLTG ini sebagian 60 persen dari situ kita dapatkan," kata Budi, di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Rabu (11/5/2016).
Baca Juga
Advertisement
Budi melanjutkan, dalam pembangunan PLTG yang mendapat pasokan gas 14 MMSCFD tersebut, Angkasa Pura II memegang saham mayoritas kepemilikan 51 persen dengan investasi Rp 1 triliun.
Setelah beroperasi, PLTG tersebut bisa dikembangkan kapasitasnya menjadi 100 MW, mengikuti kebutuhan listrik seiring rampungnya Terminal 3 dan cargo Village.
Saat ini kebutuhan listrik Bandara Soekarno Hatta mencapai 60 MW. Dengan beroperasi infrastruktur baru tersebut kebutuhan listrik akan meningkat menjadi 150 MW.
Budi menuturkan, meski sudah memiliki pembangkit sendiri, Bandara Soekarno Hatta tetap mendapat pasokan listrik dari PLN dan pasokan listrik cadangan dari genset.
Hal ini untuk mengantisipasi gangguan listrik yang dapat mengganggu kegiatan operasional bandara.
"Sinergi dengan PLN tetap ada satu teori suplai listrik di bandara suplai berlapis, dari kita ada dari PLN ada kita punya backup genset supaya bandara safe," ujar Budi.
PLTG akan dibangun di atas lahan seluas 5 hektare, oleh kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) dengan lama waktu pengerjaan sekitar 1,3 tahun.
"Kita sudah menyiapkan sejumlah tanah. Dan jaraknya tidak jauh dari bandara. PLTG akan dibangun di sana. Kita mendapat suplai gas dari PGN," tutur Budi. (Pew/Ahm)