HSBC Ramal Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5 Persen

HSBC optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia ‎tahun ini lebih baik jika dibandingkan 2015.

oleh Septian Deny diperbarui 12 Mei 2016, 10:50 WIB
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - HSBC optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia ‎tahun ini lebih baik jika dibandingkan 2015 lalu. Ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan tumbuh di atas 5 persen.

‎Ekonom Bank HSBC untuk ASEAN, Su Sian Lim mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2016 melandai seiring dengan investasi yang melambat, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun diperkirakan akan mencapai 5 persen.

‎"Faktor kunci optimisme ini adalah akan adanya peningkatan jumlah investasi yang masuk," ujar dia di Jakarta, Kamis (12/5/2016).

Dia menjelaskan, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi sepanjang 2015 dan awal 2016 dipicu oleh lemahnya harga komoditas dan penurunan ekspor akibat lesunya pasar komoditas di global. Namun, ke depannya ekonomi Indonesia telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

"Pertumbuhan di Indonesia melambat, tapi tidak tajam berkat kekuatan konsumsi domestik dan adanya pertumbuhan investasi yang membantu mengimbangi perdagangan eksternal yang melemah," ungkap dia.

Selain itu, kata Su, Indonesia juga terbukti sebagai salah satu negara di ASEAN yang paling tangguh menghadapi situasi ekonomi global yang masih penuh gejolak. Hal ini terlihat dari persentase PDB‎ yang berada di atas rata-rata PDB ASEAN sebesar 4,3 persen.

"Indonesia berada dalam kelompok negara yang tangguh bersama dengan Myanmar, Laos, Vietnam, dan Filipina.‎ Fundamental Indonesia terbilang tangguh sehingga mampu menarik arus masuk modal secara kuat," kata dia.

Meski demikian, Indonesia tetap harus melakukan reformasi struktural untuk bisa menarik lebih banyak investasi, meningkatkan produktivitas dan merangsang sumber pertumbuhan baru. Selain itu, Indonesia juga dinilai perlu melakukan pelonggaran terhadap sejumlah aturan, mempercepat pembangunan infrastruktur dan mendorong usaha kecil dan menengah.

"Agar tetap menarik di mata investor, pemerintah tidak bisa sepenuhnya bergantung pada belanja di bidang infrastruktur, apalagi realisasi dari Kementerian Pekerjaan Umum agak tertinggal dari target yang ditentukan," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya