Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mencanangkan proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW) yang ditargetkan selesai 2019. Membangun proyek ini bukanlah perkara mudah, ada sejumlah tantangan yang harus diselesaikan.
Hingga April 2016, tercatat sudah ada pembangkit dengan kapasitas 3.400 MW yang beroperasi atau sekitar 1 persen total kapasitas.
"Memang betul baru 1 persen. Kalau bisa 20 persen dalam setahun itu namanya beli genset. Ini kan kita bangun pembangkit baru, tidak mungkin selesai setahun. PLTU perlu 3-4 tahun, apalagi PLTA," kata Sofyan dalam diskusi 'Implementasi Pembangunan Pembangkit 35 Ribu MW' di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Lalu bagaimana jurus PLN agar proyek 35 ribu MW bisa tuntas 2019?
Sofyan mengaku memiliki sejumlah terobosan. Salah satunya melakukan percepatan proses tender semula 8 bulan menjadi 4,5 bulan. "Financial Close semula 1 tahun menjadi 6 bulan," terangnya.
Baca Juga
Advertisement
Kemudian Konstruksi PLTU semula 54 bulan setelah Financial Close ditargetkan menjadi 48 bulan setelah tandatangan PPA (Power Purchase Agreement) dan Konstruksi PLTG/PLTD/PLTMG semula 12-24 bulan ditargetkan menjadi 6-18 bulan.
Tak hanya itu, pembangunan Tranmisi, semula rata-rata 1.500 kms per tahun ditargetkan menjadi 9.000 km per tahun.
Pembangunan gardu Induk, semula rata-rata 2.000 MVA per tahun ditargetkan menjadi 20.000 MVA per tahun. "Pembangunan pembangkit, semula rata-rata 2.000 per tahun ditargetkan menjadi 7.000 MW per tahun," tuturnya.
Tak hanya itu, PLN juga kini lebih selektif dalam memilih kontraktor proyek 35 ribu MW. "Kami jaga jangan sampai ada bengkel mobil ikut tender proyek 35 ribu MW. Semua kontraktor yang ikut tender harus punya kelas," ungkapnya.
Tak hanya berkualitas, pengembang listrik swasta (IPP) dan kontraktor EPC proyek 35 ribu MW juga harus didukung kekuatan modal. Untuk itu, PLN menetapkan project development account (kecukupan modal awal) sebesar 10 persen.
"Jadi kalau ada tender senilai Rp 40 triliun, kontraktor harus taruh uang Rp 4 triliun. Kalau tidak punya, ya enggak bisa ikut tender," paparnya.
Untuk itu, PLN telah menunjuk kontraktor EPC berkelas asal Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) untuk menggarap proyek pembangkit yang jadi jatah perseroan.
Sementara untuk proyek 35 ribu MW yang dibangun IPP, PLN juga tidak sembarangan dalam memilih kontraktor agar kejadian di masa lalu tidak terulang.
"Untuk IPP, kalau pun ada yang dibangun China, itu yang bangun BUMN China. Kami belajar dari pengalaman yang lama, semoga kami tidak tercebur dua kali," jelasnya. (Ndw/Gdn)