Liputan6.com, Jakarta - Belum lepas dari ingatan, bagaimana amuk massa pada Mei 1998 berkobar di Jakarta. Ratusan toko dan perusahaan dihancurkan. Kekerasan rasialis pecah. Korban berjatuhan, nyawa melayang.
Kerusuhan yang terjadi 13 Mei-15 Mei 1998 itu hingga kini masih diliputi kontroversi. Namun yang lekat di masyarakat, lembar hitam sejarah itu terjadi karena krisis ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia adalah salah satu negara terdampak paling parah dari krisis tersebut. Ditambah lagi rezim berkuasa yang kembali diangkat setelah 32 tahun berkuasa, dianggap bukan solusi perbaikan masalah negeri.
Pemicu lainnya adalah Tragedi Trisakti, di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi pada 12 Mei 1998.
Di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, berderet ratusan nisan tanpa nama yang menjadi korban Tragedi 98, tepatnya di Blad 27 Blok AAI. "Korban Tragedi 13-15 Mei 1998 Jakarta," begitu tulisan di masing-masing nisan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Soni, salah satu Petugas Harian Lepas (PHL) TPU Pondok Rangon mengatakan, hingga kini tidak ada data pasti siapa dan berapa korban Tragedi 98 yang dimakamkan di sana. Meskipun ada, disinyalir data tersebut keliru. Sebabnya, sejumlah korban yang dimakamkan dengan kondisi tidak utuh.
"Waktu jenazah datang pun kita enggak tahu pasti tiap peti isinya benar satu jenazah atau lebih," tutur Soni saat berbincang dengan Liputan6.com di kantor Pelayanan TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Kamis 12 Mei 2016.
Berdasarkan data empiris Liputan6.com di lokasi, terhitung ada 113 makam seluas 62 hektare tanpa nama di areal peristirahatan terakhir korban Tragedi 98. Makam itu tersusun rapi dengan 5 deretan baris dan 20 deretan banjar, ditambah 13 deretan banjar di bagian depan.
Ratusan makam tanpa nama itu tampak berbeda di antara ribuan kubur yang mengelilinginya. Ada sebuah batu besar dengan bentuk yang memiliki makna tertentu, yang menjadi penanda lokasi makam.
Terpapar sinar matahari siang, monumen tangan berkain yang terjahit itu terlihat bersinar di antara ribuan tempat peristirahatan terakhir di TPU Pondok Ranggon. Prasasti yang diresmikan pada 13 Mei 2015 itulah yang menjadi simbol korban tewas saat krisis moneter 1998.
Bernama Prasasti Mei 1998 Pondok Ranggon. Monumen itu didirikan oleh Pemprov DKI Jakarta yang bekerjasama dengan Komnas Perempuan. Prasasti dengan simbol jarum yang sedang menjahit kain itu buah karya Awan Simatupang.