Kisah Penjemputan 4 WNI Eks Sandera Abu Sayyaf di Perbatasan

Pangkostrad Letjen TNI Edy mengaku diperintah Panglima Gatot untuk masuki perairan Pulau Data untuk jemput 4 WNI sandera Abu Sayyaf.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 13 Mei 2016, 13:35 WIB
Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi memberikan pengarahan kepada Satgas Pamtas RI-Papua Nugini Yonif Para Raider 330 Kostrad saat pelepasan di Kolinamil TNI AL, Jakarta, Senin (9/5). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pembebasan 4 WNI yang sempat menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina, bisa terwujud karena kerja sama sejumlah pihak. Salah satunya TNI.

Demi upaya pembebasan itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengirim prajuritnya untuk bersiaga di Tarakan, Kalimantan Utara -- kawasan yang berhadapan langsung dengan perairan Filipina.

Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi ditunjuk untuk turun ke perbatasan dan memimpin para prajurit. Di sana mereka bersiaga sambil menunggu waktu yang tepat menjemput para sandera.

"Saya selaku yang tertua, dalam rangka pembebasan tawanan. Yang saya lakukan, stand by-kan pasukan di Tarakan. Tarakan jelas berhadapan langsung dengan perairan Filipina," kata Edy di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (13/5/2016).

"Saya H-3 dari sekarang ini, sudah masuk ke perbatasan," kata dia.

Jemput

4 WNI eks sandera kelompok Abu Sayyaf tiba di Lanud Halim Perdanakusuma (Liputan6.com/ Faizal Fanani)


Setelah mendengar ada perkembangan situasi, Edy merapatkan personel dan peralatan, termasuk kapal RI (KRI).

"Tiga hari lalu saya dengar perkembangan situasi. Ada 5 KRI yang di-standby-kan di Tarakan."

Dia mengaku mendapat perintah dari Panglima Gatot untuk memasuki perairan Pulau Data yang masih berada di Indonesia. Pulau itu berhadapan dengan Pulau Sulu di Filipina. Di sana terjadi komunikasi antara tentara angkatan laut Filipina terkait titik temu.

"Bahkan saya sudah masuk ke ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) Filipina. Saya dapat perintah dari Panglima, sampai masuk ke perairan Pulau Data yang berhadapan dengan Pulau Sulu. Saya masuk sampai 12 mil dari sana," tutur Edy.

Setelah titik temu ditentukan, keempat WNI pun dijemput. Dari situ cerita penyanderaan yang mereka alami selama sekitar 25 hari berakhir.

Mereka lalu dibawa ke Tarakan sebelum diterbangkan ke Halim Perdanakusuma, Jakarta. Pagi tadi sekitar pukul 10.24 WIB mereka menginjak Jakarta.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan, jika kondisi mereka sehat, 4 WNI itu bisa langsung diserahkan kepada keluarga masing-masing.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya