Liputan6.com, Jakarta - Produsen ban PT Gajah Tunggal (GJTL) akan menggenjot ekspor ke Amerika Serikat (AS) pada tahun ini. Langkah tersebut untuk mengejar target pertumbuhan pendapatan sebesar 10-15 persen sampai akhir 2016.
Presiden Direktur Gajah Tunggal Christoper Chan mengatakan, pada tahun lalu porsi ekspor perseroan baru mencapai 43 persen. Tahun ini akan ditingkatkan menjadi 50 persen. Peningkatan ekspor ke AS berpeluang besar lantaran AS memberikan kebijakan tarif untuk ban.
"Dan tahun ini kami akan produksi lebih banyak untuk ekspor. Karena menurut saya prospek ekspor jauh lebih besar, khususnya di Amerika, karena di sana mereka ada kebijakan tarif untuk menyaingi China. Jadi itu merupakan kesempatan buat kami untuk mengembangkan market di Amerika," jelas dia, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Jumat (13/5/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dia menuturkan, saat ini AS memegang porsi ekspor terbesar mencapai 70 persen. Dengan peluang itu, maka porsi ke Amerika akan cenderung lebih besar.
"Ya di AS saat ini, mungkin sekitar 70 persen dari total ekspor. Ini akan terus tumbuh lagi, karena kami akan mengambil kesempatan dengan adanya kebijakan tarif untuk melawan China," tambah dia.
Untuk itu, perseroan juga akan menaikkan target produksi ban sebesar 10-15 persen. Untuk target target laba perusahaan melihat semua tergantung dengan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar.
"Top line 10-15 persen. Kalau bottom line saya pikir tergantung pergerakan kurs. Jadi potential loss tergantung dari volatilitas rupiah. Jadi saya asumsikan mungkin jika tidak ada volatilitas dari rupiah seharusnya sangat positif untuk bottom line. Mungkin lebih baik dari single digit growth," ungkap dia.
Direktur Gajah Tunggal Catharina Widjaja mengatakan, kapasitas produksi ban mobil perseroan 55 ribu per hari, mobil 95 ribu per hari. "Utilisasi masih 70-75 persen dan diharapkan bisa naik 10 persen tahun ini. Kalau ekspor kami masih bullish," ungkap dia.
Dia mengatakan, perseroan mengalokasikan belanja modal US$ 80 juta tahun ini. Sebanyak US$ 50 juta untuk maintenance dan sisanya untuk pengembangan.
"US$ 80 juta dolar capex, paling besar untuk maintenance. US$ 50 juta dolar dan sisanya untuk ban truk dan busa pengembangan yang sedang berjalan," dia menjelaskan.
Adapun perseroan mencatatkan penjualan Rp 12,9 triliun di tahun 2015 atau naik dari tahun sebelumnya Rp 13,0 triliun. Beban pokok penjualan di 2015 sebesar Rp 10,3 triliun. Perseroan mencatatkan rugi bersih Rp 313,2 miliar di tahun 2015 turun dibanding tahun lalu sebesar Rp 283 miliar.(Amd/Nrm)