Liputan6.com, Bandung - Setelah menggelar investigasi di Kebun Binatang Taman Sari, Kota Bandung, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Wilayah Jawa Barat Sri Muji Arti Ningsih mengimbau para pengunjung berhati-hati dan waspada. Setelah kematian gajah Yani, kawasan tersebut dikhawatirkan menjadi area Zoonosis.
Sri menerangkan, Zoonosis adalah area di mana penyakit dari hewan bisa menular kepada manusia. Terlebih, kematian gajah Yani sejauh ini belum diketahui penyebab pastinya.
"Kepada pengunjung atau calon pengunjung ke Kebun Binatang Bandung agar mematuhi rambu-rambu yang sudah dipasang di sini," ucap Sri saat ditemui seusai pemeriksaan kesehatan dan kesejahteraan satwa di Kebun Binatang Bandung, Jumat (13/5/2016).
Sri menambahkan, para pengunjung dilarang mendekati area kandang gajah, tempat di mana gajah Yani mati dan diautopsi. Dia juga mengimbau agar pengunjung kebun binatang melindungi diri dengan masker penutup mulut.
Baca Juga
Advertisement
"Kita imbau agar untuk tidak memasuki kawasan tempat meninggal dan otopsi gajah yang sakit sehingga akan aman. Pakai sarung tangan kalau bisa dan mencuci tangan dengan betul menggunakan sabun," ujar dia.
Sri menjelaskan, ada 22 jenis penyakit dalam kategori Zoonosis. Penyakit-penyakit dari satwa ini memungkinkan untuk menulari manusia melalui kontak langsung hingga udara.
Bahaya Penularan
"Penularannya bisa lewat kontak langsung. Oleh karena itu dilarang mendekat (kandang gajah) karena takutnya memegang benda di sekitar itu seperti tanah, tanaman dan sebagainya, udara ada juga bisa. Butiran-butiran pasir atau tanah yang tercampur kuman berterbangan lewat udara," kata dia.
Di antara 22 penyakit yang masuk kategori Zoonosis, kata Sri, yang paling sering di kebun binatang adalah tuberkulosis, rabies, toksoplasmosis, dan leptospirosis. Bahkan, di Jawa Barat juga terdapat endemis antraks.
Sri juga menyarankan kepada pengunjung Kebun Binatang Bandung untuk secepatnya memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami sakit sepulang dari Kebun Binatang Bandung.
"Gejala-gejala klinis seperti tuberkolusis diawali demam tinggi, batuk, badan kurus, nafsu makan berkurang. Kalau leptospirosis mirip gangguan hati seperti selaput mukosa kuning, urin kuning kecoklatan, perut kembung, sesak napas, lemah, tidak mau makan," sebut Sri.
Sementara untuk penyakit toksoplasmosis cenderung tidak ada gejala. Namun, penyakit tersebut sangat berbahaya untuk para ibu hamil. "Bisa keguguran atau anaknya nanti cacat konginetal," ujar Sri. (Aditya Prakasa)
Izin Bonbin Bandung Diminta Dievaluasi
Terkait kematian gajah bernama Yani, Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengevaluasi terhadap izin Kebun Binatang (Bonbin) Bandung.
Kematian gajah sumatera itu, menurut investigator senior Scorpion Marison Guciano, menunjukkan buruknya pengelolaan Kebun Binatang Bandung atau KBB. Sebelum mati, Yani ditemukan sakit dan lumpuh dan hanya bisa terkulai di bawah alas jerami beratapkan terpal lantaran minimnya sarana perawatan hewan di KBB. Apalagi, kemudian diketahui bahwa KBB tidak mempunyai dokter hewan.
Marison mengatakan, kasus kematian Yani ibarat puncak gunung es dari buruknya pengelolaan kebun binatang di Indonesia. Menurut dia, kematian dua satwa langka dalam kurun waktu sebulan terakhir di dua kebun binatang menunjukkan banyaknya persoalan terkait kesehatan dan kesejahteraan satwa di sana.
Sebelum kematian gajah koleksi Kebun Binatang Bandung tersebut, dunia internasional menyoroti kematian Rama, seekor harimau sumatera di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Bahkan, media internasional seperti AFP memberi predikat 'Death Zoo' kepada KBS.
Temuan Scorpion yang fokus melakukan pemantauan kesejahteraan satwa di kebun binatang menunjukkan banyak kebun binatang dan taman satwa di Indonesia dengan pengelolaan buruk.
"Banyak kebun binatang yang tidak punya dokter hewan dan sangat minim sarana dan prasarananya, sehingga kesehatan dan kesejahteraan satwa menjadi terabaikan. Kebun Binatang Kasang Kulim di Riau, Sinka Zoo di Singkawang Kalbar dan Taman Satwa di Bengkulu adalah beberapa kebun binatang dan taman satwa dengan pengelolaan buruk dalam catatan kami," tutur dia.
Marison menyebut persoalan dana kerap menjadi penyebab rendahnya kesejahteraan satwa dan buruknya pengelolaan kebun binatang. "Minimnya pemasukan dari tiket masuk membuat mereka tak mampu membayar gaji dokter hewan, sementara biaya pakan dan perawatan satwa juga sangat tinggi."
Ia juga mengungkapkan masih banyak satwa di sejumlah kebun binatang di Indonesia yang bisa bernasib tragis seperti Yani dan Rama bila tidak diselamatkan.
Advertisement