Liputan6.com, Jakarta Razia terhadap atribut komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) kembali marak. Petugas gabungan TNI-Polri menyita berbagai barang berlogo palu arit. Tak hanya itu, penyebaran lagu Genjer-genjer yang identik dengan PKI pun jadi sasaran.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, secara umum lagu itu memang lagu daerah biasa. Tapi jadi berbeda saat didengar oleh kalangan militer, terutama kaitannya dengan peristiwa G30S/PKI yang telah membunuh 6 jenderal.
"Genjer-genjer mungkin lagu yang bersifat umum. Namun khususnya bagi militer TNI, lagu ini sangat menyakitkan. Apabila diingat dalam sejarah G30S itu yang sering kita baca ataupun filmnya ada dulu, waktu pembantaian para jenderal kita, diiringi oleh lagu-lagu itu," jelas JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (13/5/2016).
Baca Juga
Advertisement
Peristiwa itu, menurut JK, memang tidak bisa dilupakan begitu saja bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali lagu Genjer-genjer yang mengisi latar suara dalam film itu. Suasana sedih dan kemarahan itulah yang masih muncul saat mendengar lagu maupun melihat berbagai atribut berbau komunis.
"Jadi bukan lagunya, tapi suasananya yang mengingatkan orang pada suasananya, yang menimbulkan kemarahan bersama," ucap JK.
Penangkapan terhadap musisi lokal saat konser dan menyanyikan lagu Genjer-genjer terjadi di Mojokerto. Penangkapan ini dilakukan saat ramainya razia terhadap berbagai atribut PKI.
Lagu ini sebenarnya diciptakan oleh Muhammad Arif yang menggambarkan kondisi kelaparan saat itu. Genjer sebagai pemenuhan rasa lapar yang dimasak oleh sang istri menjadi inspirasi dalam menciptakan lagu itu. Lagu itu pun menceritakan bagaimana sang istri menemukan genjer sebagai bahan pangan.
Lagu itu kemudian diparodikan oleh para mahasiswa 1965 sebagai protes terhadap para jenderal. Sejak saat itulah, lagu Genjer-genjer dicap sebagai lagu PKI.