Harga Minyak Tertekan Penguatan Dolar

Minyak mentah AS mengakhiri kenaikan tiga hari berturut-turut, dan jatuh karena penguatan dolar yang menyebabkan harga minyak naik.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 14 Mei 2016, 06:30 WIB
Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

Liputan6.com, Jakarta Minyak mentah AS mengakhiri kenaikan tiga hari berturut-turut, dan jatuh karena penguatan dolar yang menyebabkan harga minyak naik.

Dolar berada di posisi lebih tinggi dalam dua pekan dari sekeranjang mata uang lain. Hal itu membebani komoditas dolar seperti minyak berjangka dan membuat impor bahan bakar lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lainnya dan berpotensi memukul permintaan.

Juga pada hari Jumat, Baker Hughes melaporkan jumlah rig minyak yang beroperasi di Amerika Serikat turun 10 pada minggu lalu untuk total 310. Pada saat ini tahun lalu, AS pengebor memiliki 660 rig online.

Baca Juga

  • GANTI DENGAN LINK

OPEC memompa 32.440.000 barel per hari (bph) pada bulan April, katanya dalam sebuah laporan bulanan mengutip sumber-sumber sekunder, sampai 188.000 barel per hari dari Maret. Ini adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2008, menurut Reuters.

Kelompok ini mengisyaratkan pasokan berlebihan akan minyak global dapat meningkat tahun ini karena lonjakan produksi dari anggotanya menebus kerugian dari negara lain yang produksinya telah terpukul oleh harga yang rendah.

Harga minyak acuan, Brent jatuh 30 sen ke level US$47,78 per barel. Kemudian West Texas Intermediate juga turun 49 sen, atau 1,1 oersen ke level US$ 46,21.

"Sentimen pasar masih bias ke atas ditopang dari tumbuhnya sudut pandang bahwa kerumitan minyak global sudah berada di pola yang seimbang," ujar Dominick Chirichella, senior partner di Energy Management Institute di New York, dilansir dari CNBC, Sabtu (14/5/2016).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya