Citizen6 Jakarta - Masih dalam rangka Festival Printemps Francais 2016, Institut Francais Indonesia (IFI) berkerja sama dengan French Miracle Tour, menggelar Electro Night di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Medan, dan Yogyakarta. Electro Night kali ini dimeriahkan oleh dua DJ asal Perancis: Thylacine dan LesGordon.
Baca Juga
Advertisement
Thylacine merupakan grup musik beraliran EDM (Electronic Dance Music) yang terbentuk pada tahun 2012. Thylacine sendiri beranggotakan dua orang anak muda energik yaitu William Reze serta Laetitia Bely yang bertanggung jawab terhadap visualisasi Thylacine.
Nama Thylacine melesat pada tahun 2012 sejak tampil di Les Rencontres Trans Musicales de Rennes, ajang unjuk gigi musisi ternama seperti Bjork, Lenny Kravitz, dan Nirvana. Mereka juga pernah tampil di festival musik Printemps de Bourges, panggung yang sama tempat Anggun pernah memukau penonton. Selain itu, mereka juga pernah tampil di South by Southwest, menjadi pembuka konser musisi dance electronic Perancis, Vitalic. Mereka juga pernah sebagai cover majalah musik elektronik terpopuler di Perancis, Tsugi.
Sementara Les Gordon merupakan nama lain untuk DJ Perancis, Marc Mifune. Les Gordon pernah tampil sebagai opening act musisi internasional Stromae di Festival Trans Musicales 2013. Album mini pertamanya, Atlas, dibuat di bawah label Kitsune. Label ternama yang menyejajarkan namanya dengan band elektro-pop Two Door Cinema Club dan La Roux.
Pada hari Jumat (06/05/2016), Les Gordon dan Thylacine mempertunjukkan kebolehan mereka di Fable, Fairground SCBD, Jakarta. Berikut bincang-bincang Liputan6.com bersama William Reze dari Thylacine serta Marc Mifune dari Les Gordon.
Kalian berdua bermain musik sejak kecil. Apa yang mempengaruhi kalian dalam bermain musik sehingga bisa menemukan gaya kalian sekarang?
William: Saya dulunya mendapat pengaruh dari musik klasik sewaktu kecil. Dari situ, saya belajar untuk mengikuti ritmenya. Saat saya bersekolah, saya mendapat pengaruh musik lain seperti jazz. Musik jazz sangat sesuai untuk pesta dan kemeriahan, karenanya jazz menjadi salah satu pegangan saya dalam bermusik hingga sekarang.
Marc: Saya bermain cello sejak berusia 8 tahun. Saya rasa itu sangat bagus untuk latihan saat saya mengeksplorasi elektronic music. Saya juga bermain musik klasik dulunya. Musik klasik menjadi background saya sampai kemudian saya mengenal musik elektronik saat berumur 20 tahun. Saya mendengar banyak musik klasik, jazz, dan musisi Inggris yang memengaruhi musik saya sekarang.
William, Trans Siberians albummu sendiri sebenarnya tentang apa?
William: Ya, itu tentang perjalanan. Saya membuatnya dua tahun lalu. Faktanya, perjalanan yang saya lakukan memberikan saya ide-ide baru untuk menciptakan musik di album Tran Siberian. Saya banyak bekerja di dalam kereta saat melakukan perjalanan untuk membuat musik Trans Siberians ini. Pemandangan dan orang-orang yang saya temui selama perjalanan di kereta banyak memengaruhi saya sehingga terciptalah musik yang tidak biasa.
Kalau Marc sendiri, bisa ceritakan sedikit tentang album terakhirmu, Atlas?
Marc: Ya, buat saya album ini juga banyak dapat inspirasi dari perjalanan saya selama ini. Saya pernah tinggal di beberapa tempat di Asia karena ayah saya juga orang Asia. Jadi buat saya, sangat penting untuk menemukan hal-hal baru dalam perjalanan yang dapat dimasukkan dalam musik saya.
Buat Marc, adakah alasan khusus yang membuatmu berpindah dari musik klasik ke elektronik musik?
Marc: Mungkin karena dalam musik klasik, kita mesti belajar musik yang bukan kita ciptakan. Buat saya, sangat penting untuk menyampaikan apa yang saya rasakan. Dan bagi saya, hal itu tidak tersampaikan saat saya bermain musik klasik saja.
Tapi kita bisa tetap mendengar dan merasakan musik klasik dalam musik-musik yang kamu ciptakan sekarang ini?
Marc: Tentu saja. Dalam musik yang saya ciptakan, ada sedikit musik klasik, elektronik, dan lainnya.
Apa kalian pernah mendapat kesulitan untuk mengajak pendengar menikmati musik kalian?
William: Di Asia? Tidak. Di Asia seperti Korea, Cina, Vietnam, semuanya menakjubkan. Kamu bisa rasakan di manapun, musik saya selalu bisa menyentuh penonton dan membuat mereka menikmatinya.
Sejauh ini, apa yang hal paling kalian sukai dari Asia?
William dan Marc: Tentu saja makanan. Makanan di Asia menakjubkan!!
***
French Miracle Tour adalah program konser seni dan promosi seniman Perancis di Asia. Tahun ini merupakan kali kedua French Miracle Tour diadakan. Sebelumnya, program ini berhasil mengadakan 30 konser di Asia pada tahun 2015. Untuk tahun 2016, French Miracle Tour menghadirkan bakat-bakat baru Perancis ke 15 kota di Cina, Korea Selatan, Indonesia, dan Vietnam. Proyek ini hadir berkat kerjasama I Love Creative Music (produser musik asal Perancis), Fake (asosiasi musik Perancis) dengan Institut Francais di beberapa negara.