Liputan6.com, Nusa Dua - Calon Ketua Umum (Caketum) Partai Golkar Mahyudin mengaku menolak pemilihan secara aklamasi demi menjaga keutuhan partainya. Ia mengatakan jika tata tertib dalam AD/ART partai berlambang beringin itu aklamasi bukan dengan voting secara terbuka.
"Aklamasi itu apabila ada satu calon yang dapat 30 persen. Saya menolak aklamasi karena itu bisa menimbulkan potensi perpecahan," kata Mahyudin di arena Munaslub Golkar, Nusa Dua, Bali, Sabtu (14/5/2016).
Dia berharap bisa memenangkan bursa pencalonan Ketua Umum Partai Golkar pada munaslub ini. Namun, dia juga mengaku siap dengan apa pun hasilnya nanti.
"Voting pertama semua berharap menang. Voting juga harus real, siapa yang dapat besar, yang kecil bergabung," tutur Mahyudin.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, saat disinggung tentang kabar koalisi bersama caketum lainnya Airlangga Hartarto, Mahyudin mengaku memang bertemu dengan Erlangga membicarakan satu kesepahaman visi dan misi.
"Saya belum ada kesepakatan tertulis. Tapi memang sama Pak Airlangga ketemu bicara lisan kesepahaman untuk saling mendukung. Jika saya terpilih atau beliau terpilih kita akan saling mendukung," ucap Mahyudin.
Dirinya berharap siapa pun yang akan menang dan memimpin Partai Golkar bisa selalu merangkul yang kecil supaya tidak ada lagi perpecahan dalam partai.