Liputan6.com, Jakarta - Pemain asing asal Brasil memang menjadi primadona bagi sepak bola Indonesia. Tidak terhitung berapa pemain asal Brasil yang merumput di sini.
Skill individu yang biasanya berada di atas rata-rata pemain dari benua lain membuat beberapa klub Indonesia menjadikan Negeri Samba sebagai tujuan utama mencari pemain hebat. Tak jarang dengan jasa pemain Brasil, klub Indonesia berhasil merengkuh juara.
Baca Juga
- Spaso Ingin Sang Anak Bela Timnas Indonesia
- Newcastle Vs Tottenham: Sayonara Liga Inggris
- Guardiola Kapok Latih Bayern Muenchen
Advertisement
Nama-nama seperti Jacksen F Tiago, Carlos De Mello hingga Beto Goncalvez telah terlebih dahulu merasakan kesuksesan di Indonesia. Jacksen sempat menjuarai Liga Indonesia bersama Persebaya pada musim 1997-1998.
Lalu Carlos dua kali juara pada musim 1996-1997 (Persebaya) dan 1999-2000 (PSM Makassar). Adapun Beto juara Indonesia Super League bersama Persipura pada tahun 2009 dan 2011.
Fenomena kesuksesan pemain Brasil juga kembali terjadi ketika Mitra Kukar menjuarai Piala Jenderal Sudirman 2016. Naga Mekes saat itu bahkan dihuni oleh trio Samba yang diisi oleh Patrick Cruz, Arthur Cunna, dan Rodrigo Ost.
Kini pada gelaran Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo ketergantungan terhadap pemain Brasil juga belum luntur. Tercatat ada 16 pemain Brasil yang tersebar di 18 klub peserta, dan salah satu yang terbaik bermain untuk Bhayangkara Surabaya United bernama Otavio Dutra.
Dutra merupakan pemain asal Brasil andalan Bhayangkara SU. Berposisi sebagai bek tengah, Dutra seperti tak tergantikan di jantung pertahanan Bajul Ijo.
Pemain yang memiliki tinggi mencapai 190 cm ini juga merupakan salah satu bek Brasil tersukses yang mampu menaklukkan sepak bola Indonesia saat menjuarai ISL pada tahun 2013 bersama Persipura Jayapura.
Gaya bermain Dutra sangat lugas dan cekatan. Postur tubuh tinggi menjulang juga selalu berhasil dia manfaatkan untuk memenangi duel di udara.
Dia juga tipe pemain pekerja keras. Jadi, jangan kaget melihat Dutra yang kadang sampai mengejar para penyerang lawan hingga ke sisi lapangan meski posisinya adalah bek tengah.
Pasang Surut
Meski memiliki prestasi yang cemerlang, Dutra juga sempat mengalami pasang surut dalam karier sepak bolanya.
Jelang turnamen Piala Jenderal Sudirman, Dutra harus menerima kenyataan dirinya dipecat oleh jajaran manajemen Bajul Ijo. Dia dipecat bersama dua pemain lain yakni Yandri Pitoy dan Pedro Javier. Alhasil dia sempat menghilang dari persepak bolaan Indonesia saat itu.
Meski begitu, kecintaan Dutra terhadap Surabaya tampaknya tak pernah lekang oleh waktu. Dia kembali direkrut oleh Bhayangkara SU untuk mengikuti kompetisi jangka panjang Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo.
Dutra pun kembali menunjukkan performa terbaiknya dengan membawa Bhayangkara SU berada di peringkat keempat sementara dengan koleksi empat poin hasil dari satu menang dan satu imbang.
Dia bahkan juga mampu mencetak gol saat menaklukkan Barito Putra dengan skor akhir 2-1 pada laga pertama Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo.
Dutra memiliki gaya bermain tak hanya tangguh dalam duel-duel bola atas, eks pemain Persebaya 1927 itu juga pandai membaca permainan dan memiliki visi yang bagus untuk mengawali serangan.
Kelebihan lainnya, Dutra mempunyai kemampuan mengeksekusi bola-bola mati. Baik tendangan bebas maupun penalti. Dutra tak jarang menjadi solusi ketika timnya mengalami kebuntuan. Ia bisa naik ke atas untuk membantu penyerangan, membuka ruang dan menciptakan gol.
Berkat kebolehannya itu, pantas sudah Dutra disejajarkan dengan pemain-pemain Brasil seperti Jacksen Tiago, Carlos De Mello, Luciano Leandro hingga Beto Goncalvez yang telah sukses menaklukkan sepak bola Indonesia.
Penulis: Yosef Deny Pamungkas
Advertisement