Produksi Mulai Naik, Impor Migas RI Turun

BPS) mencatatkan penurunan impor migas pada April sebesar 12,32 persen menjadi US$ 1,36 miliar dari realisasi Maret sebesar US$ 1,55 miliar

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Mei 2016, 13:39 WIB
Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan penurunan impor minyak dan gas (migas) pada April 2016 sebesar 12,32 persen menjadi US$ 1,36 miliar dari realisasi Maret 2016 sebesar US$ 1,55 miliar. Kondisi tersebut menandakan berkurangnya ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM).

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, impor migas Indonesia mengalami penurunan menjadi US$ 1,36 miliar di bulan keempat ini. Rinciannya dibandingkan Maret lalu, realisasi impor minyak mentah melorot dari US$ 622,3 juta menjadi US$ 555 juta.

Hasil minyak pun turun menjadi US$ 687,6jut‎a dari sebelumnya US$ 785,6 juta. Sedangkan impor gas dari negara lain ikut susut dari US$ 144,5 juta menjadi US$ 118,5 juta.

"Penurunan impor migas sampai 12,63 persen karena kita sudah makin banyak mengolah atau memproses BBM di dalam negara. Kita sudah mulai mengurangi impor BBM, sehingga ketergantungan impor kita makin turun‎ untuk produk-produk migas," ujar Sasmito saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/5/2016).

Dari sisi ekspor migas, dia bilang, ‎terjadi penurunan sebesar US$ 352 juta dari realisasi di Maret 2016 sebesar US$ 1,24 miliar menjadi US$ 890 juta. Ekspor migas dari Indonesia ke negara lain anjlok 28,44 persen.

"Jadi ini memang kita sudah memproses minyak dan gas untuk keperluan domestik karena kebutuhan energi di dalam negeri tidak berubah, tetap naik. Jadi kalau ada selisih ekspor dan impor migas, itu untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri," terangnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya