Keramik-keramik Dinasti Ming Mampir Semarang

Keramik-keramik Dinasti Ming di Semarang menggiring imajinasi sejarah klasik Cina.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 17 Mei 2016, 00:04 WIB
Keramik-keramik Dinasti Ming Mampir Semarang

Liputan6.com, Semarang - Sebuah pameran keramik di ruang pameran Museum Ronggowarsito Semarang, Senin (16/5/2016) mengusung 10 keramik peninggalan kekaisaran Dinasti Ming. Berbagai peralatan makan dengan sentuhan seni tingkat tinggi didominasi warna biru itu berasal dari Abad 5-7 SM.

Inilah bukti otentik sepak terjang Dinasti Ming saat menguasai dataran Cina pada masa lampau.

Menurut Kepala Seksi Pengkajian dan Pelestarian Museum Ronggowarsito, Budi Santoso, keramik-keramik itu baru saja dieskavasi dari lokasi temuannya tahun lalu di dekat Tiongkok.

"Pada bagian cekungannya selalu terdapat ukiran bergambar ikan louhan. Ikan louhan sendiri merupakan hewan air yang dipercaya orang Cina mampu membawa keberuntungan dan pelimpahan rezeki," jelas Budi, Senin (16/5/2016).

Imajinasi pengunjung dibawa mengembara. Keramik-keramik sejenis banyak ditemukan di tempat lain di luar Tiongkok karena saat itu aktivitas pelayaran adalah kebanggaan Dinasti Ming.

Kaisar Yongle (1401-1424) telah memerintahkan Admiral Zheng He (Laksamana Ceng Ho) untuk berlayar ke selatan menuju negeri-negeri yang jauh.

Ceng Ho sukses mengunjungi Mogadishu dan Malindi, jauh sebelum bangsa Eropa mencapai tempat tersebut. Ceng Ho juga sudah mencapai Kalkuta dan Kolombo beberapa ratus tahun sebelum Vasco Da Gama.

Zheng He atau Ceng Ho berangkat pada 1405, membawa 63 kapal yang memuat 27.870 orang (jauh lebih banyak dibandingkan dengan pelayaran Christhoper Columbus).

Meski membawa kekuatan besar, Ceng Ho tidak menaklukkan atau menjajah negeri-negeri yang dikunjunginya. Hal itu sangat berbeda dengan bangsa Eropa.

Menurut Budi, panitia acara pameran sengaja mendatangkan langsung 10 buah keramik Dinasti Ming agar masyarakat luas mengetahui bagaimana ilmu pengetahuan di bidang pembuatan alat makan sudah sangat familier sejak zaman dahulu.

"Keramik ini fungsinya jadi piring kaum bangsawan," kata Budi.

Selain itu, ada juga keramik kuno yang ditemukan di bawah perairan Bangka Belitung. Proses pengangkatan keramik saat itu sempat terhambat dan harus dibantu oleh petugas Direktorat Bawah Air Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

"Ada juga temuan keramik di perairan Tuban, Lamongan dan Jepara," kata Budi.

Keramik-keramik Dinasti Ming di Museum Ronggowarsito Semarang (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Dalam kekuasaan Dinasti Ming, Kaisar Yongle akhirnya digantikan oleh putera tertuanya Hongxi (1425). Meski hanya memerintah setahun, ia mampu mengembangkan ilmu astronomi. Pada masa itu, ia telah mengenali bintik matahari, jauh sebelum bangsa Eropa mengenalnya.

Kaisar Dinasti Ming yang terkenal berikutnya adalah Wanli (1573-1620). Pada masa kekuasaannya itu, Tiongkok mengalami transformasi menuju negara modern.

Akan halnya keramik-keramik tersebut, ternyata selain sebagai alat tukar dan cindera mata, juga karena pada jaman Dinasti Ming Tiongkok menjadi eksportir keramik ke seantero penjuru dunia. Pada beberapa bagian belahan bumi ini, kita dapat menjumpai sisa-sisa keramik dari jaman dinasti ini.

Porselin Ming merupakan keramik yang kualitas tinggi. Fungsi porselen Cina termasuk di antara hadiah dipertukarkan dalam hubungan luar negeri selama Dinasti Ming. Di antara jumlah besar dan berbagai keramik Cina yang ditemukan di Thailand dan lebih besar Asia Tenggara, banyak didominasi motif naga dan phoenix dengan pengerjaan dan  bahan berkualitas tinggi.

Sarjana Liu Liangyou dalam sebuah artikel berjudul "Keramik Cina Ditemukan di Thailand", menyatakan bahwa keramik halus tersebut kemungkinan besar adalah produk pabrik atau bengkel resmi yang difungsikan memproduksi cenderamata sebagai hadiah sahabat-sahabat Dinasti Ming.

Liang menulis, Dinasti Ming (Mingshi) sudah sangat berpengaruh di Champa dan Kamboja pada tahun 1383. Dalam tulisannya setebal 339 bab, Ming pernah membawa 19.000 item barang keramik ke Siam (Thailand).

Selama Dinasti Ming (1368-1644), keramik-keramik diproduksi dengan sangat cermat. Pemilihan tanah sangat hati-hati agar bisa mendapatkan warna putih yang halus dan abadi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya