Liputan6.com, Jakarta Sunat adalah masalah kesehatan seksual yang selalu menjadi perdebatan hangat baik di kalangan medis atau pun di publik. Kini CDC mengatakan begitu banyak manfaat yang diperoleh dari sunat ketimbang risiko. Namun apakah prosedur sunat berdampak negatif pada kehidupan seks seperti yang dikhawatirkan pria?
Sunat merupakan salah satu cara pencegahan dalam penularan AIDS (melalui aktivitas seks). Perdebatan baik atau tidaknya sunat seringkali bermuara pada pengaruhnya terhadap kenikmatan seksual. Melansir Shape, Senin (16/5/2016) berikut ini adalah ketakutan yang seringkali menghantui otak pria, namun tidak terbukti kebenarannya:
Kepekaan
Banyak pria takut sunat karena khawatir kepekaan seksual akan berkurang. Menurut Karen Boyle, gelar M.D., direktur pengobatan reproduksi pria dan operasi di Chesapeake Urology Associates di Baltimore, ini hanyalah mitos belaka. Studi yang dilakukan di Denmark menunjukkan, kemungkinan orang ejakulasi dini dan masalah ereksi tidak ada kaitannya dengan sunat.
Baca Juga
Advertisement
Sunat tidak menghilangkan lapisan kulit pada penis, yang responsif pada sentuhan menurut peneliti di Korea. justru sebaliknya, bekas luka sunat membuat pria semakin sensitif terhadap sentuhan.
Risiko infeksi
Ketika seorang pria tidak disunat, uap air dapat terjebak antara penis dan kulup, menciptakan lingkungan ideal untuk tumbuhnya bakteri.
"Orang yang tidak disunat mungkin juga lebih mungkin untuk menularkan setiap infeksi yang mereka miliki, termasuk infeksi jamur, ISK, dan PMS (terutama HPV dan HIV)", jelas Supriya Mehta, Ph.D., seorang ahli epidemiologi di University of Illinois di Chicago.
Kesenangan
Sebuah studi mengungkapkan, pria yang disunat dapat mencapai klimaks dengan baik. Bahkan mereka dapat bertahan rata-rata 20 detik lebih lama setelah tutup penisnya diangkat. Selain itu, wanita yang menikahi pria dengan penis di sunat melaporkan lebih mudah mencapai orgasme dan merasakan kenikmatan, jelas Deby Herbenick, Ph.D.